Bukan karena Covid, Kecemasan Investor Saat Ini Lebih Besar

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 March 2021 13:07
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (covid-19) bukan lagi faktor yang memicu kekhawatiran investor global. Fokus investor saat ini tertuju pada inflasi di Amerika Serikat (AS) dan potensi terulangnya taper tantrum akibat kenaikan imbal hasil obligasi seperti tahun 2013 silam yang memukul mata uang negara berkembang.

Kala itu, itu dana asing di negara-negara berkembang kembali ke Negeri Paman Sam dan seketika memukul kurs Rupiah, sebagai hasilnya ekonomi Indonesia pun kena imbas.

CNBC International menuliskan, setelah lebih dari setahun pandemi, investor menilai penanganan pandemi sudah mulai teratasi dengan vaksinasi yang marak dilakukan di berbagai negara untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).

"Untuk pertama kalinya sejak pandemi melanda, responden Bank of America Fund Manager Survey mengatakan pasar menghadapi kekhawatiran yang lebih besar," tulis CNBC International, Rabu (17/3/2021).

Sebanyak 37% responden dalam survei yang dilakukan sejak 5 Maret 2021 lalu dan diikuti oleh 220 investor dengan aset kelolaan US$ 630 miliar itu menyatakan, risiko taper tantrum paling dikhawatirkan saat imbal hasil di pasar obligasi AS terus mencatatkan kenaikan. Yield obligasi AS tenor 10 tahun mengalami kenaikan 1.62%.

Meskipun, virus korona tetap menjadi ancaman terbesar ketiga selain inflasi. Namun, sejak Maret menandai pertama kalinya kekhawatiran terkait Covid tidak menduduki puncak survei sejak Februari 2020.

Pergeseran prioritas terjadi saat AS memvaksinasi lebih dari 2 juta orang setiap hari. Rawat inap dan kematian secara nasional telah menurun, meskipun penurunan kasus per hari terus meningkat. Dengan sebagian besar profesional kesehatan menunjukkan kembalinya kehidupan normal pada musim panas dan musim gugur, investor mulai mengubah prioritasnya.

"Ketiga masalah itu dengan mudah mengalahkan gejolak di Wall Street seperti kebijakan pajak yang lebih tinggi atau peraturan yang lebih keras di bawah pemerintahan Biden," tulis CNBC.

Responden survei mengatakan, pergerakan US Treasury ke level 2% tenor 10 tahun dapat menyebabkan koreksi pasar saham, atau penurunan lebih dari 10%.

"Lompatan menjadi 2,5% akan membuat obligasi lebih menarik daripada pasar ekuitas," tulis CNBC lebih lanjut.

Sementara itu, inflasi mulai terlihat tahun ini karena imbal hasil obligasi pemerintah telah melonjak ke tingkat sebelum pandemi. Salah satu indikator berbasis pasar, tingkat impas antara hasil US Treasury 5 tahun dan obligasi indeks inflasi, telah melonjak ke level tertinggi dalam hampir 13 tahun.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Cuma di RI, Penambahan Invetor Ritel juga Ramai di ASEAN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular