
Rupiah Makin Dekati Rp 14.500/US$ di Kurs Tengah BI

Kenaikan yield obligasi (Treasury) menjadi pemicu utama pelemahan rupiah belakangan ini. Yield Treasury AS saat ini berada di level tertinggi sejak Februari 2020 lalu, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.
Kenaikan yield Treasury memicu capital outflow di pasar obligasi Indonesia, sebab selisih dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Alhasil rupiah menjadi tertekan.
Capital outflow di bulan ini cukup besar, yang membuat rupiah sulit menguat. Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada periode 1 sampai 15 Maret, investor asing melepas kepemilikan SBN nyaris Rp 20 triliun. Capital outflow tersebut lebih besar ketimbang sepanjang bulan Februari Rp 15 triliun.
Selain itu, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga tidak mencapai target belakangan ini, menjadi indikasi kurang menariknya yield yang diberikan.
Terbaru, Selasa kemarin pemerintah melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif Rp 30 triliun, tetapi yang dimenangkan hanya Rp 19 triliun.
Selain itu, penawaran yang masuk juga terbilang rendah, hanya Rp 40,1 triliun, turun dari lelang sebelumnnya Rp 49,7 triliun.
Capital outflow dan rendahnya hasil lelang obligasi tersebut sebagai akibat melesatnya yield Treasury AS, sehingga para investor tentunya menginginkan yield yang lebih tinggi di SUN.
Kenaikan yield Treasury sebenarnya bisa berdampak buruk bagi Amerika Serikat, sebab biaya pinjaman kemungkinan akan naik, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Oleh karena itu, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan mengambil langkah guna meredam kenaikan yield Treasury.
The Fed pada rapat kebijakan moneter 16 - 17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.
Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.
Hasil rapat kebijakan moneter The Fed akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
