IHSG Sedang Jeblok, 5 Saham Ini Diborong Asing

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
16 March 2021 09:22
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (15/3/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut ditutup melemah 0,53% ke 6.324,26.

Menurut data RTI, sebanyak 253 saham menguat, 233 tertekan dan 153 lainnya flat. Nilai transaksi pada perdagangan kemarin mencapai Rp 11,2 triliun. Tercatat investor asing masih melakukan aksi jual dengan nilai penjualan bersih (net sell) Rp 130,8 miliar di pasar reguler.

Di tengah pelemahan bursa saham nasional dan investor asing yang masih melakukan aksi jual di pasar saham dalam negeri pada kemarin, ada lima saham yang masih diborong oleh investor asing. Adapun kelima saham yang diborong oleh investor asing pada perdagangan kemarin adalah

Di posisi pertama terdapat saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang diborong oleh investor asing sebanyak Rp 56 miliar. Saham ADRO sendiri ditutup menguat 2,07% ke level Rp 1.235/unit pada perdagangan Senin kemarin.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham ADRO mencapai Rp 215,5 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 173,8 juta lembar saham.

Selanjutnya, di posisi kedua ada saham perusahaan small cap PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) yang dikoleksi oleh asing sebanyak Rp 47 miliar, sehingga sahamnya pun ditutup meroket 8,16% ke posisi Rp 454/unit pada perdagangan kemarin.

Nilai transaksi saham DMMX pun mencapai Rp 89 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 205 juta lembar saham.

Sedangkan di posisi kelima terdapat saham Bank Himbara, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang dibeli oleh investor asing sebanyak Rp 25,9 miliar. Saham BBNI menguat 2,85% ke level Rp 6.325/unit pada perdagangan kemarin.

Adapun nilai transaksi saham BBNI kemarin mencapai Rp 420,9 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 66,9 juta lembar saham.

Khusus untuk saham DMMX, Perseroan yang melantai Oktober 2019 silam ini bergerak di bidang penyedia platform digital trade marketing dan pengiklanan berbasis cloud. Perseroan memiliki empat jenis kegiatan usaha yang diberikan kepada pelanggannya, yaitu managed service, infrastructure as a service, advertising exchange hub dan trade marketing.

Menurut data KSEI, per 28 Februari 2021 pemilik dan pengendali saham DMMX adalah perusahaan lain yang juga melantai di bursa PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) sebanyak 27,58%, PT Jaya Distribusi Ritel sebanyak 24,47%, PT Soteria Wicaksana Investama sebanyak 16,41%, dan masyarakat sebanyak 25,91%, serta adanya saham treasuri perusahaan sebanyak 5,63%.

Sementara itu per tanggal yang sama NFCX dikendalikan oleh PT M Cash Intefrasi Tbk (MCAS) yang sempat dipromosikan oleh berberapa artis. MCAS memegang saham NFCX sebesar 52,03%.

Selanjutnya ada pula Asuransi Jiwa Kresna yang merangkul 6,62%, PT Inti Dot Com dengan kepemilikan 11,48%, dan publik memegang 29,23%, dan tersisa saham treasuri 0,64%.

Sedangkan per tanggal yang sama MCAS dikendalikan oleh PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) sehingga bisa dikatakan utlimate shareholder NFCX adalah Kresna Group.

So, kembali ke IHSG, pelemahan IHSG terjadi di tengah sentimen positif dari dalam negeri, di mana Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data ekspor-impor Indonesia bulan Februari pada kemarin.

Pada periode tersebut, total ekspor tercatat US$ 15,27 miliar atau mengalami kenaikan 8,56% dibandingkan pada Februari 2020 (year-on-year/YoY) yang mencapai US$ 14,06 miliar.

Sementara impor indonesia pada Februari 2021 tercatat sebesar US$ 13,26 miliar, naik 14,86% dibanding Februari 2020 (YoY).

Melihat ekspor-impor tersebut, neraca dagang Indonesia surplus yang mencapai US$ 2,01 miliar di bulan Februari lalu.

Kenaikan impor tersebut menjadi yang pertama setelah berkontraksi selama 19 bulan beruntun. Kenaikan impor tersebut menjadi kabar baik, sebab menjadi pertanda perekonomian dalam negeri mulai menggeliat.

Adapun konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 ekonom/analis memperkirakan ekspor tumbuh 6,75% secara tahunan (year-on-year/YoY), sementara impor lompat 11,85% dan neraca perdagangan diproyeksi tetap positif US$ 2,145 miliar.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), sentimen negatif hadir di pasar global, di mana imbal hasil (yield) acuan US Treasury kembali mengalami kenaikan setelah Presiden AS, Joe Biden menekan stimulus 'jumbo' senilai US$ 1,9 triliun atau setara Rp 27.000 triliun yang menaikkan ekspektasi inflasi.

Yield obligasi tenor 10 tahun tersebut naik 8 basis poin (bp) ke 1,642% yang artinya aksi jual menimpa pasar surat utang di AS. Level tersebut merupakan penutupan perdagangan tertinggi di tahun ini, dan sejak Februari 2020 lalu.

Jika imbal hasil meningkat, maka ekspektasi kupon obligasi di pasar primer pun meningkat yang bakal memicu kenaikan beban pembiayaan bagi emiten obligasi dan menekan kinerja keuangannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular