
Pandemi 2020, Rugi Bersih PT Timah Turun Jadi Rp 341 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan BUMN penambang timah, PT Timah Tbk (TINS) pada akhir 2020 terpaksa masih membukukan kerugian senilai Rp 340,59 miliar. Namun kerugian ini sudah berkurang 44% dibanding dengan kerugian perusahaan di akhir Desember 2019 yang mencapai Rp 611,28 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, nilai kerugian per saham juga ikut berkurang menjadi Rp 46 dari sebelumnya sebesar Rp 82.
Sepanjang 2020 di masa pandemi Covid-19, pendapatan perusahaan terkontraksi 21,33% secara tahunan (year on year/YoY). Tercatat di akhir Desember 2020 lalu pendapatan perusahaan sebesar Rp 15,21 triliun, berkurang dari Rp 19,34 triliun di akhir periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejalan dengan turunnya pendapatan, beban pokok pendapatan juga turun menjadi Rp 14,09 triliun dari sebelumnya Rp 18,19 triliun.
Namun perusahaan anak usaha MIND ID (Inalum) berhasil menekan beban umum dan administrasi menjadi senilai Rp 832,98 miliar, dari posisi Rp 1,06 triliun.
Beban penjualan juga dikurangi menjadi sebesar Rp 69,44 miliar di akhir 2020, daripada Rp 155,13 miliar.
Pada akhir Desember lalu terdapat pendapatan lain-lain sebesar Rp 96,01 miliar, dari sebelumnya malah beban lain-lain sebesar Rp 60,87 miliar.
Beban keuangan juga berkurang menjadi Rp 607,37 miliar dari sebelumnya di akhir Desember 2019 yang senilai Rp 781,99 miliar.
Dari sisi aset, total aset perusahaan di akhir 2020 mencapai Rp 14,51 triliun. Jumlah ini turun drastis dari Rp 20, 36 triliun di akhir 2019.
Penurunan paling besar terjadi pada aset lancar yang turun menjadi Rp 6,55 triliun dari Rp 12,30 triliun. Terutama karena turunnya jumlah persediaan perusahaan menjadi sebesar Rp 2,88 triliun dari Rp 6,50 triliun. Juga terjadi penurunan kas dan setara kas menjadi Rp 807,30 miliar dari Rp 1,59 triliun.
Sedangkan aset tak lancar turun tipis menjadi Rp 7,96 triliun dari sebelumnya Rp 8,05 triliun.
Dari sisi kewajiban, liabilitas perusahaan total mencapai Rp 9,57 triliun, berhasil turun drastis dari 15,10 triliun di akhir 2019.
Perusahaan berhasil menurunkan liabilitas jangka pendek menjadi Rp 5,86 triliun dari Rp 11,95 triliun, karena lunasnya pinjaman dan utang obligasi dan sukuk ijarah perusahaan.
Sedangkan liabilitas jangka panjang ditutup di angka Rp 3,71 triliun di 31 Desember 2020, naik tipis dari Rp 3,14 triliun dari tahun sebelumnya.
Ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 4,94 triliun di akhir tahun lalu, turun sedikit dari Rp 5,25 triliun di akhir 2019.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Pakai Batu Bara Australia, Harga Timah Melesat