Analisis

Duo BBRI-BRIS Siap Rights Issue, Layak Ditebus Gak Ya?

Tri Putra, CNBC Indonesia
15 March 2021 06:35
Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia
Foto: Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Tidak hanya BBRI, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga akan melaksanakan HMETD. Setelah sebelumnya sukses di aksi korporasi merger antara tiga bank syariah BUMN, kabarnya BRIS akan kembali melakukan aksi korporasi.

Setelah merger tiga bank syariah BUMN, BBRI tak lagi jadi pengendali BRIS melainkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dengan kepemilikan sebesar 51%.

Komposisi pemegang saham pada lainnya di BRIS adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 25,0%, DPLK BRI - Saham Syariah 2% dan publik 4,4%. Adapun BBRI hanya memegangĀ 17,4% saham BRIS.

Kementerian BUMN menyebutkan rencana penambahan modal dengan memberikan HMETD atau rights issue dari BRISĀ akan digelar tahun ini.

Dari penerbitan saham baru ini perusahaan menargetkan bisa mendapatkan dana sebanyak-banyaknya US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) yang kemungkinan besar akan digunakan BRIS untuk modal kerja dalam upaya untuk naik kelas ke bank BUKU IV.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan rights issue ini ditujukan untuk mencari partner strategis perusahaan sekaligus untuk menambah jumlah saham beredar perusahaan (free float).

"Tahun ini akan dilaksanakan rights issue Bank Syariah Indonesia sebagai bagian upaya meningkatkanfree floatdan menemukanstrategic partner," kata Kartika dalam acara Mandiri Investasi Market Outlook 2021, Rabu (10/3/2021).

Sebelumnya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa Kementerian BUMN membuka peluang bagi investor asing untuk masuk sebagai investor baru pemilik saham perusahaan melalui Indonesia Investment Authority (INA), dana abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) bentukan Presiden Joko Widodo(Jokowi).

"Perlu dilakukan kajian komprehensif, lihat plus minus, mana yang terbaik untuk perkembangan BSI di masa sekarang dan masa yang akan datang, kita tidak akan gegabah apakah melalui strategic investor atau rights issue," kata dia dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (4/3/2021).

Hery menyatakan, aksi korporasi tersebut diharapkan akan memberi nilai tambah kepada seluruh pemegang saham perseroan.

"Harapannya yang dilakukan pemegang saham memberikan optimum benefit kepada Bank Syariah Indonesia agar bisa berkembang," ujarnya lagi.

Berbeda dengan BBRI, untuk BRIS tidak banyak sekuritas yang menerbitkan riset mengenai saham BRIS dan target harganya seperti dikutip dari Refinitiv.

Hal ini tentu saja mengingat laporan keuangan tahun 2020 sudah kurang tepat digunakan untuk memprediksi kinerja BRIS ke depannya pascamerger yang menjadikan BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia dari segi aset, DPK (dana pihak ketiga), maupun pemberian kredit.

Hal ini menyebabkan banyak pelaku pasar masih menanti-nanti laporan keuangan BRIS paling tidak pada kuartal pertama atau bahkan full year 2021 untuk dapat menjustifikasi valuasi BRIS yang sudah tergolong premium serta memprediksi kinerja keuangan BSI dan selanjutnya tentu saja kinerja saham BRIS ke depan.

Akan tetapi pada rights issue edisi ini tentu saja yang menarik diperhatikan adalah siapa yang akan menjadi investor strategis yang akan meminang BRIS, serta lagi-lagi apakah harga penebusan RI atraktif atau tergolong mahal.

Apabila nantinya ada korporasi besar yang masuk langsung dan siap menyokong ekspansi bisnis BSI kedepan maka tentu saja aksi korporasi menjadi lebih atraktif apalagi jika harga penebusan tergolong murah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular