Mungkinkah Taper Tantrum Terulang di Indonesia?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
09 March 2021 13:25
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah juga memandang the Fed belum akan melakukan tapering dalam tahun ini. Karena perekonomian masih sangat rapuh dan pandemi belum bisa dipastikan kapan berakhir.

"Pemulihan itu butuh waktu, yang sekarang terjadi baru tanda-tanda saja. Selama pandemi masih mengancam perekonomian belum akan sepenuhnya pulih. Perekonomian baru bisa benar-benar pulih ketika pandemi benar-benar sudah berakhir. Saya kira 2023 itu baru terjadi," jelas Piter.

Disisi lain, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memandang taper tantrum mungkin berulang dengan pola yang hampir sama seperti 2013.

Ketika indikator yield surat utang AS mengalami kenaikan, disertai dengan kenaikan inflasi karena perbaikan sisi permintaan di AS memicu investor untuk melakukan perombakan total portfolio.

"Saat ini terpantau yield Treasury telah naik dari 0,6% per Oktober 2020 menjadi 1,56% per 9 Maret 2021. Yield Treasury yang naik jadi alarm bahwa investor memiliki ekspektasi akan terjadi kenaikan level inflasi dalam waktu dekat," jelas Bhima kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/3/2021).

Dampaknya tentu aliran modal asing yang masuk ke negara berkembang sejak adanya pandemi karena mencari return aset yang lebih tinggi bisa berhenti mendadak (sudden stop) atau berbalik arah (sudden reversal).

Sejauh ini yang perlu dikhawatirkan, kata Bhima ada dua yakni asing secara total melakukan penjualan bersih saham atau nett sells di pasar modal sebesar Rp 1,23 triliun dalam 1 bulan terakhir. Sementara di pasar surat utang pemerintah, kepemilikan asing sudah mulai turun Rp 29,5 triliun dalam satu bulan terakhir.

"Apakah taper tantrum bisa terjadi lebih cepat pada semester I 2021, sangat mungkin. Kita tidak bisa menyangkal taper tantrum tidak terjadi, yang perlu dilakukan otoritas moneter dan pemerintah adalah melakukan antisipasi," ujarnya.

Menurut Bhima, kejadian taper tantrum 2013 yang jadi pelajaran adalah fundamental cadangan devisa harus ditopang oleh kinerja sektor riil seperti devisa dari ekspor, bukan hanya gemuk karena penerbitan utang pemerintah.

Jika cadangan devisa rapuh ditopang sektor finansial maka taper tantrum akan menurunkan signifikan level cadev, sehingga amunisi BI untuk kendalikan kurs rupiah mulai menipis.

"Artinya, seluruh upaya pemerintah dan BI sebaiknya diarahkan untuk mencegah hot money terlalu dominan dan fokus pada menarik investasi yang berkualitas seperti FDI pembangunan industri berorientasi pada ekspor," tutur Bhima.

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular