Di Kurs Tengah BI, Rupiah Sudah di Atas Rp 14.400/US$!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2021 10:17
Dollar
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Jose Luis Gonzalez)

Apa boleh buat, dolar AS memang terlalu kuat. Pada pukul 09:25 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,11%. Sejak awal tahun ini, Dollar Index sudah melesat nyaris 3%.

Pelaku pasar menyambut positif rencana stimulus fiskal AS yang kemungkinan bisa mulai bergulir bulan ini. Akhir pekan lalu, Senat sudah memberikan persetujuan untuk paket stimulus senilai US$ 1,9 triliun tersebut.

Salah satu program dalam stimulus adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 1.400 bagi warga negara Negeri Paman Sam berpenghasilan di bawah US% 75.000/tahun atau pasangan dengan pendapatan gabungan di bawah US$ 150.000/tahun. Plus ada tambahan tunjangan pengangguran senilai US$ 300. Tentu sesuatu yang sangat bisa membantu rakyat AS bertahan hidup dan mendongrak daya beli.

"Paket stimulus raksasa dari Presiden Joe Biden sudah disetujui Senat, AS juga terus mempercepat imunisasi vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sepertinya ekonomi akan pulih dengan cepat," kata Marios Hadjikyriacos, Investment Analyst di XM, seperti dikutip oleh Reuters.

Pemulihan ekonomi dan peningkatan permintaan pada saatnya akan menyebabkan tekanan inflasi. Jika laju inflasi mulai terakselerasi, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tentu tidak akan tinggal diam. The Fed akan mencoba meredam inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter, misalnya dengan menaikkan suku bunga acuan.

Kenaikan suku bunga acuan akan membuat instrumen berbasis dolar AS, terutama aset berpendapatan tetap seperti obligasi, akan menawarkan imbalan yang semakin tinggi. Ekspektasi Federal Funds Rate bisa naik lebih cepat dari perkiraan (tidak 2023) ini yang membuat investor berkerumun di pasar keuangan AS dan permintaan greenback meningkat sehingga nilai tukarnya menguat.

Gina Raimondo, Menteri Perdagangan AS, menegaskan bahwa tren penguatan mata uang tidak akan melemahkan ekspor Negeri Adidaya. Bahkan dia menyebut penguatan dolar adalah yang bagus.

"Tidak, tidak," tegas Raimondo menjawab pertanyaan CNN mengenai apakah dirinya lebih suka dolar AS melemah karena bisa mendongkrak kinerja ekspor.

"Yang jelas Menteri Keuangan (Janet) Yellen sangat ahli soal ini. Namun intinya, dolar yang kuat baik untuk AS," lanjutnya.

Oleh karena itu, kemungkinan rupiah masih akan melemah dalam waktu dekat. Franky Nangoy, Senior Market Strategist Fullerton Research, memperkirakan rupiah bisa melemah hingga ke kisaran Rp 14.500-14.600/US$.

"Ini disebabkan bahwa optimisnya AS terhadap ekonominya serta potensi stimulus yang akan diluncurkan terlihat akan mendorong berputarnya kembali ekonomi di AS. Rupiah sendiri secara domestik tidak ada sentiment positif yang berarti," sebut Franky dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular