Wadidaw! Rupiah Makin Lemah, Sudah Rp 14.400/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2021 09:15
THR PNS
CNBC Indonesia/Edward Ricardo

Setelah habis-habisan dihajar oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), ekonomi Negeri Adidaya pulih dengan relatif cepat. Berbagai data memberi konfirmasi akan hal tersebut.

Terbaru adalah data perdagangan internasional. US Census Bureau melaporkan, nilai impor AS pada Januari 2021 adalah US$ 191,9 miliar, tertinggi sejak Februari 2020. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening) membuat proses produksi berangsur pulih sehingga output industri AS meningkat pesat dan mampu memenuhi permintaan dunia.

Sementara impor tercatat US$ 260,2 miliar, juga tertinggi sejak Februari 2020. Menariknya, peningkatan impor didorong oleh barang konsumsi dan kendaraan bermotor. Artinya permintaan domestik AS semakin membaik, daya beli rakyat mulai pulih.

Geliat ekonomi ini pada saatnya nanti tentu akan menciptakan tekanan inflasi. Jika laju inflasi mulai terakselerasi, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tentu tidak akan tinggal diam. The Fed akan mencoba meredam inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter, misalnya dengan menaikkan suku bunga acuan.

"Kalau kemudian suku bunga betul-betul naik karena optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi, maka itu sebenarnya hal yang positif," ujar Tom Hainlin, Global Investment Strategist di Ascent Private Wealth Group yang berbasis di Minneapolis (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Ekspektasi Federal Funds Rate bisa naik lebih cepat dari perkiraan (tidak 2023) ini yang membuat investor berkerumun di pasar keuangan AS, utamanya obligasi pemerintah. Ini membuat pasar keuangan Asia kekurangan pengunjung sehingga mata uang Benua Kuning bergerak melemah, tidak terkecuali rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular