Duh....Ternyata Ini Biang Kerok Rupiah Sulit Menguat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 March 2021 13:03
Karyawan menunjukkan pecahan uang dollar di salah satu tempat penukaran uang di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jumat (16/3/2018). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (8/3/2021). Yield obligasi (Treasury) AS yang kembali naik membuat rupiah sulit untuk menguat.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di RP 14.300/US$. Setelahnya, pelemahan rupiah membengkak hingga 0,21% di Rp 14.320/US$.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah terlihat masih sulit untuk bangkit, hal tersebut tercermin dari kurs non deliverable forward (NDF), yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54
1 PekanRp14.384,50Rp14.423,7
1 BulanRp14.429,40Rp14.488,5
2 BulanRp14.400,50Rp14.542,2
3 BulanRp14.555,00Rp14.606,5
6 BulanRp14.732,50Rp14.789,6
9 BulanRp14.910,00Rp14.952,6
1 TahunRp15.065,00Rp15.135,5
2 TahunRp15.762,00Rp15.775,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Perhatian pada hari ini tertuju pada stimulus fiskal di AS.

Senat AS akhir pekan lalu meloloskan stimulus fiskal jumbo senilai US$ 1,9 triliun yang diusulkan oleh Pemerintah di bawah komando Presiden Joseph 'Joe' Biden.

Hasil pemungutan suara atas paket stimulus itu menunjukkan hasil 50-49. Sebelumnya House of Representative (DPR) juga sudah menyetujui stimulus tersebut.

Setelah ini, Kongres yang dikuasai Partai Demokrat akan mengesahkan paket itu per Selasa (9/3/2021) waktu setempat. Kemudian akan dikirim ke Presiden Biden untuk ditandatangani sebelum batas waktu 14 Maret 2021 demi memperbarui program bantuan sebelumnya.

Sebagai gambaran, beleid itu meliputi bantuan langsung kepada masyarakat hingga US$ 1.400 (setara Rp 20,1 juta), bantuan pengangguran senilai US% 300 (setara Rp 4,3 juta), dan perluasan child tax kepada anak-anak selama satu tahun.

Dengan cairnya stimulus tersebut artinya jumlah uang yang beredar di perekonomian AS akan bertambah, dan secara teori dolar AS akan melemah

Tetapi nyatanya, dolar AS masih kuat berhadap dengan rupiah. Sebabnya, dengan cairnya stimulus tersebut maka laju pemulihan ekonomi AS akan terakselerasi, dan inflasi berisiko melesat.

Hal tersebut membuat yield Treasury, yang selama ini menekan rupiah, kembali naik. Hingga siang ini, yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 2,62 basis poin ke 1,5802%.

Kenaikan yield Treasury yang dipicu prospek pemulihan ekonomi AS serta kenaikan inflasi membuat pasar keuangan global kembali dihantui oleh tapering (pengurangan program pembelian aset atau quantitative easing) bank sentral AS atau The Fed yang dapat memicu taper tantrum.

"Jika pasar mulai percaya The Fed kehilangan kendali terhadap arah pasar obligasi, semua isu mengenai taper tantrum akan kembali muncul," kata Art Cahshin, direktur operasi di UBS, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/2/2021).

Taper tantrum pernah terjadi pada periode 2013-2015, saat itu indeks dolar AS melesat tajam. Rupiah pun tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perry Warjiyo Bakal Dua Periode, Cek Rupiah Pagi Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular