
Saham TINS-ANTM Ngamuk, tapi INCO Galau & Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Trio saham emiten pertambangan nikel yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berbalik ke zona hijau pada awal perdagangan sesi I Senin (8/3/2021), setelah pada pekan lalu trio saham nikel tersebut menjadi top losers.
Salah satu penyebab menguatnya kembali trio saham nikel tersebut adalah perusahaan mobil listrik, Tesla Inc. yang sudah mengamankan pasokan untuk pembuatan baterai lithium-ion untuk mobil listriknya dengan memutuskan untuk menjadi mitra teknis di tambang nikel.
Di posisi pertama diduduki oleh saham PT Timah Tbk (TINS) yang kembali menguat 2,38% ke level Rp 1.935/unit pada pukul 09:05 WIB pagi hari ini.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham TINS pagi ini telah mencapai Rp 45,7 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 24,4 juta lembar saham. Namun, investor asing masih melepas saham TINS di pasar reguler sebanyak Rp 5,54 miliar.
Berikutnya di posisi kedua terdapat saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang juga berbalik menguat 1,65% ke posisi Rp 2.460/unit pada awal perdagangan sesi I hari ini.
Tercatat nilai transaksi saham ANTM pada awal perdagangan sesi I hari ini sudah mencapai Rp 128,6 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 52,3 juta lembar saham. Investor asing juga masih melepas saham ANTM di pasar reguler sebanyak Rp 21,3 miliar.
Adapun pergerakan saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada pagi hari ini masih cenderung 'galau', di mana pada pukul 09:05 WIB, saham INCO menguat 0,49% ke Rp 5.175/unit. Namun selang 15 menit setelah pasar dibuka, saham INCO kembali melemah 0,49% ke level Rp 5.125/unit
Nilai transaksi saham INCO pagi ini mencapai Rp 60,8 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 11,8 juta lembar saham. Seperti saham TINS dan ANTM, asing juga tercatat masih melakukan penjualan bersih (net sell) saham INCO di pasar reguler sebanyak Rp 7,38 miliar.
Sebelumnya pada pekan lalu, saham nikel bertumbangan karena harga nikel kontrak 3 bulan di London Metal Exchange (LME) sempat terjun ke angka US$ 16.191/ton pada Kamis (4/3/2021) lalu.
Penurunan sebesar 9,3% ini juga terjadi pada nikel pembelian langsung yang turun menjadi US$ 16.144/ton dari harga sebelumnya US$ 17.802/ton.
Koreksi harga di LME juga ikuti harga nikel di bursa Shanghai yang turun 9% ke 122.040 yuan/ton pada hari yang sama. Itu merupakan level terendah sejak 9 Desember 2020.
Reuters melaporkan penurunan harga nikel pekan ini terjadi karena Tsingshan Holding Group, raksasa nikel dan stainless steel asal China, memutuskan memproduksi nikel matte dalam skala besar di Indonesia untuk menurunkan kekhawatiran terkait suplai nikel di tengah persaingan dengan penggunaan nikel untuk keperluan baterai.
Ada dua jenis nikel yang dikenal di pasaran: bahan stainless steel (kelas II) dan bahan baterai mobil listrik (kelas I). Menurut DBS, permintaan nikel kelas I akan tumbuh 5,9% setiap tahunnya hingga 2025. Untuk periode yang sama, pasokan nikel kelas I hanya tumbuh 3,3%.
Namun hari ini, kabar baik datang dari produsen mobil listrik ternama di dunia, yakni Tesla Inc. yang memutuskan menjadi mitra teknis di tambang nikel guna mengamankan pasokan untuk pembuatan baterai lithium-ion untuk mobil listriknya.
Perusahaan milik Elon Musk ini juga akan membeli nikel dari tambang Goro di pulau kecil Pasifik Kaledonia Baru untuk mengamankan pasokan jangka panjang. Langka ini diambil di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pasokan nikel di masa depan.
"Nikel adalah perhatian terbesar kami untuk meningkatkan produksi sel lithium-ion," kata Elon Musk di twitternya, mengutip BBC, Senin (7/3/2021).
Dalam penggarapan tambang ini, Tesla akan terlibat dalam "kemitraan teknis dan industri" untuk membantu mengambil nikel untuk produksi baterainya dan menyesuaikan produk sesuai standar dan keberlanjutan bersama, menurut perjanjian keduanya.
Vale mengatakan kesepakatan itu akan "memungkinkan operasi untuk melanjutkan jalur yang berkelanjutan untuk masa depan, melestarikan pekerjaan dan memberikan nilai ekonomi bagi negara".
Tesla tidak akan memiliki saham di tambang Goro tetapi kemitraannya di tambang memberikannya kendali yang lebih besar atas rantai pasokan baterai listriknya.
Nikel sebagian besar ditambang di Rusia, Kanada, Kaledonia Baru dan Indonesia dan terutama digunakan untuk membuat baja tahan karat. Namun pertumbuhan kendaraan listrik telah menambah sumber permintaan logam baru ini.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trio INCO-TINS-ANTM Suram? Tesla Cari Nikel ke Negara Ini