Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan lalu meroket pada 3 hari pertama dan terkoreksi pada 2 hari terakhir sehingga penguatan indeks acuan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini dalam sepekan hanya sebesar 0,27%.
Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (5/3) IHSG ditutup minus 0,51% di posisi 6,258. Nilai perdagangan selama sepekan tercatat sebesar Rp 71,7 triliun, dengan 131,5 miliar saham berpindah tangan sebanyak 7,4 juta kali.
Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 25,15 miliar di pasar reguler, sementara di pasar nego dan tunai asing juga melepas Rp 332,50 miliar.
Berikut saham-saham yang diborong dalam sepekan lalu, sebagian besar merupakan emiten berkapitalisasi pasar besar alias big cap.
10 Top Foreign Buy Sepekan (1-5 Maret), Reguler
1. Bank Central Asia (BBCA), net buy Rp 645 M, saham +1,34% Rp 34.000
2. Bank Mandiri (BMRI), Rp 264 M, saham +5,28% Rp 6.475
3. Bank BRI (BBRI), Rp 231 M, saham +1,27% Rp 4.770
4. Kalbe Farma (KLBF), Rp 116 M, saham +5,78% Rp 1.555
5. Telkom (TLKM), Rp 87 M, saham -4,87% Rp 3.320
6. Bank BTN (BBTN), Rp 67 M, saham +1,93% Rp 2.110
7. Indocement (INTP), Rp 48 M, saham +6,20% Rp 13.275
8. Semen Indonesia (SMGR), Rp 47 M, saham 9,80% Rp 11.200
9. AKR Corporindo (AKRA), Rp 41 M, saham +0,89% Rp 3.400
10. Indah Kiat Pulp (INKP), Rp 21 M, saham -8,16% Rp 12.100
NEXT: Asing jualan di saham-saham ini sepekan
Selain itu, asing juga tercatat melepas saham-saham ini dalam sepekan lalu. Sebagian besar juga kategori saham-saham unggulan.
5 Top Foreign Net Sell (1-5 Maret), Reguler
1. Astra (ASII), net sell Rp 268 M, saham +1,85% Rp 5.500
2. Gudang Garam (GGRM), Rp 131 M, saham +0,27% Rp 36.600
3. Sarana Menara (TOWR), Rp 103 M, saham -7,11% Rp 1.175
4. Adaro (ADRO), Rp 95 M, saham flat Rp 1.180
5. Ciputra Development (CTRA), Rp 89 M, saham -2,16% Rp 1.130
Sepanjang pekan lalu, beberapa sentimen dalam negeri membuat IHSG sempat melesat kendati jika dihitung sepekan hanya naik tipis. IHSG mengawali pekan lalu dengan reli sebesar 1,55% hingga terkatrol ke level psikologis 6.300.
IHSG kemudian mendapatkan katalis positif dari pembebasan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) bagi pembelian properti. PPN merupakan pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP) dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. PPN selama ini dibebankan pada penjualan rumah dari pengembang properti ke penjual.
Namun 3 hari kemudian, kondisi berbalik di mana IHSG terkoreksi 1,35% pada Kamis, sehingga balik ke level psikologis 6.200. Pemicunya adalah kenaikan kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika serikat (AS) tenor 10 tahun atau US Treasury, setelah turun 3 hari beruntun.
Pada hari itu, imbal hasil surat utang yang menjadi acuan di AS tersebut nyaris menyentuh level 1,5%.
Koreksi berlanjut kembali pada Jumat, meski muncul kabar positif dari Bank Indonesia (BI) berupa kenaikan cadangan devisa Februari menjadi US$ 138,8 miliar, atau rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Tim Riset CNBC Indonesia menilai, kenaikan yield memang menjadi risiko yang menekan pasar keuangan global. Jika level 1,5% terlewati, pasar khawatir terjadi taper tantrum di mana bank sentral AS menghentikan pembelian surat utang di pasar yang bisa memicu gejolak di pasar keuangan global.
Taper tantrum mengacu pada istilah efek pengumuman kebijakan moneter AS yang langsung memukul kurs sejumlah negara berkembang. Disebut taper tantrum karena efek itu langsung muncul walaupun tindakan kebijakan moneter belum dilakukan
Walhasil, IHSG pun ikut tertekan dan gagal naik kelas ke level psikologis 6.300 pada pekan lalu. Meski demikian, secara tahun berjalan indeks acuan bursa tersebut terhitung masih melesat 4,64% atau 277,68 poin.