
Bank Mini Memang Oke, tapi Asing Jorjoran Borong 10 Saham Ini

Mengacu data BEI, ada empat bank yang masuk jajaran top foreign buy pada perdagangan kemarin, kendati saham-saham top gainers justru dihuni bank-bank mini (bank BUKU II, dengan modal inti Rp 1-5 triliun).
Bank BRI (BBRI) masih menjadi saham dengan aksi beli bersih terbesar kemarin Rp 108 miliar. Sebulan terakhir saham BBRI naik 11,24% dengan catatan beli bersih asing Rp 2,69 triliun di pasar reguler.
Sentimen terbesar bagi saham BBRI ialah penantian proses penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue dalam rangka proses Holding Ultra Mikro di mana ada sinergi antara Bank BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Berikutnya ada saham Bank Central Asia dengan beli bersih Rp 101 miliar dan Bank Mandiri Rp 69 miliar, serta Bank BTN Rp 20 miliar. Sebulan terakhir saham BBCA naik 2,94% dengan beli bersih asing Rp 656 miliar.
Satu sentimen bagi BCA ialah kejelasan soal bank digital. Presiden Direktur BBCA, Jahja Setiaatmadja menyatakan, anak usaha BCA, yakni Bank Digital BCA akan diarahkan menjadi bank yang sepenuhnya digital atau neo bank. Bank ini rencananya akan diluncurkan pada semester pertama tahun ini.
Secara sederhana, dapat diartikan neo bank adalah bank yang menjalankan seluruh bisnisnya secara digital, tidak mempunyai kantor cabang (branchless). Menurut Jahja, nantinya Bank Digital BCA juga akan tergabung dengan ekosistem perseroan seperti misalnya ATM BCA.
"Iya [jadi neo bank], karena secara bank digital gak punya cabang, gak langsung handling cash, itu dompleng kepada ATM BCA," beber Jahja, dalam acara konferensi pers secara daring, Senin (8/2/2021).
[Gambas:Video CNBC]
