Kisah BNI Menapaki Badai Krisis 1997-2020

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
03 March 2021 15:07
Infografis/Kasus Aktif Indonesia Lebih Rendah Dari Rata-Rata Dunia

Kini, Indonesia dan seluruh negara di dunia mengalami krisis yang lain. Kali ini penyebabnya adalah virus corona yang hanya seukuran 500 mikrometer namun meluluhkan perekonomian dunia.

Sempat porak poranda akibat Covid-19, 2021 pelan-pelan kondisi perekonomian mulai bangkit. Penasihat kebijakan People's Bank of China (PBOC), Liu Shijin, mengatakan pada Jumat (26/2) produk domestik bruto (PDB) China dapat meningkat 8-9% pada tahun 2021 karena terus pulih dari pandemi Covid-19.

Namun, kata Liu, Kecepatan pemulihan ini tidak berarti China telah kembali ke periode "pertumbuhan tinggi", karena akan berasal dari basis yang rendah pada tahun 2020, ketika ekonomi China hanya tumbuh 2,3%.

Liu juga mengatakan jika pertumbuhan PDB rata-rata tahun 2020 dan 2021 adalah sekitar 5%, ini akan menjadi hasil yang "tidak buruk" bagi China.

Sementara analis dari HSBC minggu ini memperkirakan bahwa PDB China akan tumbuh 8,5% tahun ini, memimpin pemulihan ekonomi global dari pandemi.

Pandemi juga membuat Bank Indonesia (BI) sempat menurunkan pertumbuhan ekonomi domestik untuk tahun 2020 dari 5,0%-5,4% menjadi 4,2%-4,6%.

Baru-baru ini, BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 2021 menjadi 4,3-5,3% dari yang sebelumnya 4,8-5,8%. Penurunan proyeksi tersebut dikarenakan rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020.

"Pada 2021 BI perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4,3-5,3%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2021 akan berada di kisaran 4,5-5,3%. Vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) akan menjadi penentu pertumbuhan ekonomi.

"Beberapa alasan yang mendukung pemulihan ekonomi adalah program vaksinasi. Ini akan terus terakselerasi tinggi pada kuartal II, kuartal III, hingga akhir tahun. APBN akan support untuk pemulihan ekonomi," ujarnya.

Kembali ke BNI, kondisi saat ini nyatanya tak menggoyangkan laporan keuangan Bank BUMN ini. Pada Januari 2021, BNI mencatatkan kenaikan DPK 5,9% menjadi Rp 591 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 558 triliun.

Kemudian, penyaluran kredit BNI juga naik 4,6% pada Januari 2021 menjadi Rp 545 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 521,3 triliun.

Aset BNI juga tercatat naik menjadi Rp 788 triliun. Angka tersebut naik 2,7% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 766 triliun.

Direktur Corporate Banking BNI Silvano Winston Rumantir sebelumnya mengatakan, segmen yang mendorong pertumbuhan kredit BNI di tahun ini masih dari segmen korporasi seiring pulihnya perekonomian. Selain itu, segmen konsumer juga meningkat melihat potensi terutama kredit payroll. Dia berharap payroll loan di BNI bisa tumbuh double digit.

"Segmen menengah kecil, pertumbuhan kredit harus didukung pendanaan yang sehat, strategi kami menargetkan pertumbuhan DPK, terutama CASA," ungkap Silvano.

Tahun ini, Bank BNI memproyeksikan kredit akan tumbuh pada rentang 6% sampai dengan 9%. Ekspektasi membaiknya perekonomian dan pulihnya daya beli di tahun ini menjadi katalis positif bagi pertumbuhan penyaluran kredit.

Analis NH Korindo, Anggaraksa Arismunandar mengatakan pertumbuhan kredit yang cenderung konservatif pada kisaran 6% -9% pada tahun 2021, sejalan dengan kondisi pemulihan ekonomi yang masih menantang.

Tak hanya soal laporan keuangan, dirinya juga menyinggung kinerja saham BNI. Dia menargetkan harga saham BNI dalam satu tahun ke depan, valuasi harga saham BNI akan berada di kisaran Rp 7.950 per saham.

"Kami menaikkan peringkat BBNI dari menjadi BUY dengan target harga Rp 7.950. Harga target kami mencerminkan price book value 1,24 kali (rata-rata 3 tahun terakhir). Saat ini, BBNI diperdagangkan pada level 1,05 kali," ujar dia dalam laporannya.

(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular