
Sempat Turun, Saham BBNI Akhirnya Melesat 4,62%

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) ditutup melesat 4,62% atau berada di level Rp 6.225/saham pada penutupan perdagangan Senin (01/03/2021). Sebelumnya, pada akhir perdagangan Jumat (26/02/2021) saham BBNI sempat melemah ke level di bawah Rp 6.000 atau tepatnya Rp 5.950/saham.
Pada perdagangan hari ini saham BBNI bergerak di level Rp 5.975/saham hingga Rp 6.225/saham, dan dibuka di posisi Rp 6.000/saham. Adapun tercatat total perdagangan saham Bank BUMN ini senilai Rp 253,15 miliar sebanyak 41,19 juta saham.
Kenaikan harga BBNI ini, diwarnai dengan aksi jual oleh investor domestik yang mendominasi senilai Rp 204,9 miliar atau 40,47% untuk 33,3 juta saham. Sementara aksi beli investor domestik senilai Rp 174,1 miliar atau 34,39%, untuk 28,3 juta saham.
Berbeda dengan investor domestik, investor asing justru terlihat banyak melakukan pembelian senilai Rp 79 miliar atau 15,61% untuk 12,9 juta saham. Sementara aksi jual tercatat Rp 48,3 miliar atau 9,53% untuk 7,9 juta saham.
BBNI sendiri fokus menyambut pemulihan ekonomi yang diperkirakan akan terjadi tahun ini. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, BNI penuh optimisme dalam menyambut pemulihan ekonomi serta bisnis pada 2021 yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Sejumlah target bisnis pun telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk bekerja lebih cepat.
"BNI saat ini melakukan proses konsolidasi dan transformasi yang cukup besar dan masif. Sehingga, akan ada banyak perubahan terkait arah bisnis ke depan," tuturnya.
Pihaknya menambahkan, BNI melihat sejumlah sektor andalan yang dapat menopang kinerja di tahun ini. Itu antara lain seperti sektor infrastruktur, korporasi, industri pengolahan hingga industri manufaktur.
Dia melanjutkan, manajemen optimistis bahwa Pemerintah berkomitmen penuh dalam mendorong pertumbuhan perekonomian ke depan, terutama dalam pemulihan ekonomi di tahun ini.
"Kami yakin Pemerintah mengoptimalkan perekonomian pada tahun ini dan ke depan. Apalagi, salah satu komitmen tersebut diwujudkan dengan pembentukan SWF yang akan dirilis di tahun ini," tambah dia.
BNI berkomitmen untuk menyalurkan kredit namun dengan menjalankan prinsip kehati-hatian yang tercermin dari upaya perusahaan untuk menjaga rasio kredit bermasalah (non performing loan-NPL) dalam tingkat yang aman.
"Jadi yang dikhawatirkan memang terkait nasabah yang direstrukturisasi ini. Oleh karena itu, kita pantau terus secara rutin, kita adakan questionnaire melihat kemampuan mereka, sehingga perlahan-lahan kita bagi, yang mana yang high risk, moderat,. dan low risk. Kami kelompokan supaya BNI punya pencadangan yang cukup apabila terjadi NPL," uja Royke.
Selain itu, pihaknya berharap Pemerintah dapat memberikan jaminan keberlangsungan atas proyek-proyek yang dijalankan BUMN.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinerja Cemerlang, BNI Terus Didorong Go Internasional