
Membedah Prospek BNI Pada 2021, Bakal Melesat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan menjadi salah satu sektor usaha yang terdampak paling parah akibat pandemi Covid-19. Dampak ini terjadi pula pada bank pelat merah BUKU IV PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Meskipun demikian, sepanjang tahun 2020 BBNI berhasil mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp 37,15 triliun atau naik 1,5% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Pendapatan non bunga juga naik 4,5% (ypy) menjadi Rp 11,86 triliun. Secara total pendapatan BBNI naik 2% (yoy) menjadi Rp 49 triliun.
Perlu diingat tahun 2020 merupakan tahun pandemi sehingga perbankan perlu meningkatkan pencadanganya seperti yang diwajibkan oleh metode pencatatan anyar PSAK 71 yang di sadur dari IFRS 9 yang diwajibkan oleh OJK untuk dipergunakan mulai tahun 2020.
Sehingga kecilnya laba bersih BBNI di tahun 2020 hanya 'di atas buku' saja, nantinya apabila pencadangan tersebut tidak terpakai maka bisa dikembalikan sebagai laba BBNI di tahun mendatang
Total kredit yang tersalurkan tahun lalu mencapai Rp 551,79 triliun. Bank yang terkenal fokus menyalurkan pinjaman ke segmen korporasi tersebut membukukan kredit yang direstrukturisasi sebesar Rp 102,39 triliun atau setara dengan 18,6% dari total portofolio kredit.
Secara nominal maupun persentase jumlah kredit yang direstrukturisasi oleh BBNI paling banyak adalah segmen korporasi sebesar Rp 44,22 triliun atau lebih dari total kredit yang direstrukturisasi.
Mengingat kredit BBNI ditopang oleh sektor korporasi, maka dengan diberlangsungkanya vaksinasi massal dan berputarnya kembali roda perekonomian di Indonesia maka, BBNI diprediksikan akan menjadi perbankan dengan pertumbuhan paling baik di tahun 2021.
Hal ini karena korporasi yang tadinya kreditnya terpaksa macet karena pandemi, sudah dapat lancar kembali setelah roda perekonomian berputar. Hal ini tentu saja akan memangkas NPL BBNI di tahun 2021 dan mengurangi pencadangan sehingga meningkatkan laba bersih.
Selain itu low base effect juga diprediksikan sanggup menjadikan BBNI perbankan raksasa dengan pertumbuhan paling jumbo di tahun 2021.
![]() |
Biaya kredit BBNI sejatinya naik dari 1,6% pada 2019 menjadi 4,1% di 2020. Apabila ditinjau lebih lanjut salah satu pemicu utama turunnya laba BBNI adalah kenaikan pencadangan. Di tahun pandemi, provisi BBNI naik 155,6% menjadi Rp 22,59 triliun.
Dengan prospek ekonomi yang sudah kembali berputar pasca vaksinasi massal, kemungkinan besar pencadangan ini akan bisa dikembalikan sebagai laba di tahun-tahun mendatang.
Peningkatan dana murah (CASA) BBNI sebesar 13,4% membuat biaya dana atau cost of funds (CoF) BBNI turun dari 3,2% di tahun 2019 menjadi 2,6% tahun lalu. Seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, kinerja keuangan BBNI akan ikut terdongkrak.
![]() |
Manajemen BBNI mematok pertumbuhan kredit di angka 6-9% tahun ini. Net Interest Margin (NIM) ditarget di 4,6-4,8%. dan biaya kredit turun menjadi 3,3% - 3,6%. Likuiditas longgar serta rasio kecukupan modal yang memadai akan turut mendukung kinerja BBNI di tahun 2021.
Dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2021, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, BNI penuh optimisme dalam menyambut pemulihan ekonomi serta bisnis pada 2021 yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Sejumlah target bisnis pun telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk bekerja lebih cepat.
"BNI saat ini melakukan proses konsolidasi dan transformasi yang cukup besar dan masif. Sehingga, akan ada banyak perubahan terkait arah bisnis ke depan," tuturnya.
Pihaknya menambahkan, BNI melihat sejumlah sektor andalan yang dapat menopang kinerja di tahun ini. Itu antara lain seperti sektor infrastruktur, korporasi, industri pengolahan hingga industri manufaktur.
Dia melanjutkan, manajemen optimistis bahwa Pemerintah berkomitmen penuh dalam mendorong pertumbuhan perekonomian ke depan, terutama dalam pemulihan ekonomi di tahun ini.
"Kami yakin Pemerintah mengoptimalkan perekonomian pada tahun ini dan ke depan. Apalagi, salah satu komitmen tersebut diwujudkan dengan pembentukan SWF yang akan dirilis di tahun ini," tambah dia.
BNI berkomitmen untuk menyalurkan kredit namun dengan menjalankan prinsip kehati-hatian yang tercermin dari upaya perusahaan untuk menjaga rasio kredit bermasalah (non performing loan-NPL) dalam tingkat yang aman.
"Jadi yang dikhawatirkan memang terkait nasabah yang direstrukturisasi ini. Oleh karena itu, kita pantau terus secara rutin, kita adakan questionnaire melihat kemampuan mereka, sehingga perlahan-lahan kita bagi, yang mana yang high risk, moderat,. dan low risk. Kami kelompokan supaya BNI punya pencadangan yang cukup apabila terjadi NPL," uja Royke.
Selain itu, pihaknya berharap Pemerintah dapat memberikan jaminan keberlangsungan atas proyek-proyek yang dijalankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Yang harus dijaga bagaimana masyarakat tetap _confidence_ untuk belanja dan melakukan mobilisasi. Pemerintah juga perlu adakan banyak penjaminan proyek-proyek infrastruktur dan korporasi," tegasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinerja Cemerlang, BNI Terus Didorong Go Internasional