Siap-siap! Kinerja BNI Bakal Rebound di 2021

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
26 February 2021 15:02
Dok: BNI
Foto: Dok: BNI

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dinilai menjadi salah satu bank yang diperkirakan mampu bertahan dan akan kembali mengalami kenaikan tahun ini.

"Tahun ini menjadi tahun kebangkitan bagi semua sektor, pemulihan tidak merata tapi BNI akan menjadi salah satu yang bagus," ujar Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Kamis (25/2/2021).

BNI memproyeksikan kredit akan tumbuh pada rentang 6% sampai dengan 9% sepanjang 2021. Ekspektasi membaiknya perekonomian dan pulihnya daya beli di tahun ini menjadi katalis positif bagi pertumbuhan penyaluran kredit.

Sementara itu, Analis NH Korindo, Anggaraksa Arismunandar mengatakan pertumbuhan kredit yang cenderung konservatif pada kisaran 6% -9% pada tahun 2021, sejalan dengan kondisi pemulihan ekonomi yang masih menantang.

Dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2021, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, BNI penuh optimisme dalam menyambut pemulihan ekonomi serta bisnis pada 2021 yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Sejumlah target bisnis pun telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk bekerja lebih cepat.

"BNI saat ini melakukan proses konsolidasi dan transformasi yang cukup besar dan masif. Sehingga, akan ada banyak perubahan terkait arah bisnis ke depan," tuturnya.

Pihaknya menambahkan, BNI melihat sejumlah sektor andalan yang dapat menopang kinerja di tahun ini. Itu antara lain seperti sektor infrastruktur, korporasi, industri pengolahan hingga industri manufaktur.

Dia melanjutkan, manajemen optimistis bahwa Pemerintah berkomitmen penuh dalam mendorong pertumbuhan perekonomian ke depan, terutama dalam pemulihan ekonomi di tahun ini.

"Kami yakin Pemerintah mengoptimalkan perekonomian pada tahun ini dan ke depan. Apalagi, salah satu komitmen tersebut diwujudkan dengan pembentukan SWF yang akan dirilis di tahun ini," tambah dia.

BNI berkomitmen untuk menyalurkan kredit namun dengan menjalankan prinsip kehati-hatian yang tercermin dari upaya perusahaan untuk menjaga rasio kredit bermasalah (non performing loan-NPL) dalam tingkat yang aman.

"Jadi yang dikhawatirkan memang terkait nasabah yang direstrukturisasi ini. Oleh karena itu, kita pantau terus secara rutin, kita adakan questionnaire melihat kemampuan mereka, sehingga perlahan-lahan kita bagi, yang mana yang high risk, moderat,. dan low risk. Kami kelompokan supaya BNI punya pencadangan yang cukup apabila terjadi NPL," uja Royke.

Selain itu, pihaknya berharap Pemerintah dapat memberikan jaminan keberlangsungan atas proyek-proyek yang dijalankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Yang harus dijaga bagaimana masyarakat tetap _confidence_ untuk belanja dan melakukan mobilisasi. Pemerintah juga perlu adakan banyak penjaminan proyek-proyek infrastruktur dan korporasi," tegasnya.

Adapun penyaluran kredit konsumer BNI mulai menunjukkan perbaikan hingga kuartal IV-2020 atau tumbuh 2,9%.

Berdasarkan data, penyaluran kredit konsumer BNI sepanjang 2020 tercatat sebanyak Rp 89,9 triliun. Angka ini naik 4,7% dibanding dengan tahun sebelumnya.

Penyaluran kredit konsumer memang menuju arah perbaikan. Terbukti dari penyaluran KPR tercatat naik 1,1% hingga kuartal IV-2020 atau naik 4,3% sepanjang 2020 dibanding tahun sebelumnya. Total penyaluran KPR sepanjang 2020 tercatat Rp 46 triliun.

Berikutnya, pinjaman payroll BNI juga tercatat masih tumbuh 4,5% hingga kuartal IV-2020 atau naik 14,3% sepanjang 2020. Secara total angka pinjaman payroll ini mencapai Rp 30,3 triliun.

Sementara itu, penyaluran kredit korporasi, pertumbuhannya naik 0,2% hingga kuartal IV-2020. Adapun penyaluran kredit korporasi BNI tercatat sebesar Rp 461,7 triliun sepanjang 2020.

Sementara itu, Pada 2020, BBNI mencatatkan Loan to deposit ratio (LDR) sebesar 87,3% jauh lebih longgar dibandingkan 2019 yang mencapai 91,5% dan 2018 yang mencapai 88,8%. Dengan LDR yang cukup rendah ini, artinya BBNI pun memiliki likuiditas yang cukup untuk gencar dalam penyaluran kredit.

Hal ini juga didukung oleh kenaikan dana pihak ketiga (DPK) yang sepanjang tahun lalu menjadi Rp 679,45 triliun, naik 10,6% dari 2019 senilai Rp 614,31 triliun.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinerja Cemerlang, BNI Terus Didorong Go Internasional

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular