Semesta Mendukung, Kenapa Rupiah Sulit Sekali Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 March 2021 17:00
mata uang dolar rupiah dollar
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jika melihat ke belakang, rupiah mulai melemah sejak 16 Februari lalu, atau ketika yield obligasi (Treasury) AS mulai melesat naik. Sejak saat itu hingga saat ini rupiah melemah 2,66%, sementara yield Treasury melesat naik 20,86 basis poin ke 1,4086% pada hari ini.

Pada pekan lalu, yield Treasury bahkan menyentuh 1,6140% menjadi level tertinggi sejak Februari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.

Kenaikan tersebut berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, sebab selisih yield dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Ketika terjadi capital outflow, maka nilai tukar rupiah akan tertekan.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan asing atas obligasi Indonesia terus mengalami penurunan semenjak yield Treasury mengalami kenaikan tajam.

Pada 16 Februari lalu, kepemilikan asing atas obligasi Indonesia mencapai Rp 992,91 triliun, sementara pada 1 Maret lalu sebesar Rp 967,97 triliun. Artinya terjadi capital outflow dari pasar obligasi nyaris 25 triliun selama periode tersebut.

Alhasil, rupiah menjadi kesulitan menguat meski semesta mulai mendukung.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Yield Treasury dan Taper Tantrum

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular