
Gokil! Saham Bank Mini 'Ngamuk' Lagi, Naik Puluhan Persen

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham bank mini kembali mengamuk pada pembukaan perdagangan di awal bulan Maret, Senin (1/3/2021), pukul 09:08 WIB. Investor tampaknya masih melihat prospek kenaikan harga dari saham bank-bank ini.
Saham bank-bank mini tersebut, yakni PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS), PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC), PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA).
Selanjutnya, PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA), PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP),dan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).
Saham BMAS memimpin penguatan dengan melesat 20,79% ke Rp 610/unit. Tercatat nilai transaksi Rp 365 juta dengan volume 598 ribu saham.
Di tempat kedua ada saham BNBA yang melonjak 19,30% ke Rp 2.040/unit. Tercatat nilai transaksi BNBA sebesar Rp 50 miliar.
Kemudian, ada saham INPC yang melejit 9,47% ke Rp 208/unit dengan nilai transaksi Rp 10 miliar.
Di tempat keempat ada saham BACA yang naik 3,80% ke Rp 820/unit dengan nilai transkasi Rp 38 miliar. Saham SDRA juga ikut terapresiasi 3,31% ke Rp 780/saham dengan nilai transaksi Rp 15 juta.
Saham bank milik Hary Tanoesoedibjo BABP juga menguat di zona hijau sebesar 2,86% ke Rp 72/unit dengan nilai transaksi tercatat Rp 2 miliar.
Terakhir, BBYB naik 2,40 ke Rp 855/unit dengan mencatatkan nilai transaksi RP 7 miliar.
Meroketnya harga saham-saham bank mini di atas tampaknya masih didorong oleh sentimen konsolidasi perbankan yang mewajibkan modal inti bank minimal Rp 2 triliun di tahun ini oleh OJK.
Menurut Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun 2020, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022, sehingga, ada spekulasi, bank-bank yang belum memenuhi ketentuan harus melakukan merger atau akuisisi atau penambahan modal dari pemilik bank tersebut.
Sinyal akan lebih ramainya aksi korporasi berupa merger pada tahun ini sempat dihembuskan Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso.
Menurut Wimboh, dengan mempertimbangkan persaingan industri jasa keuangan ke depan yang akan semakin ketat dengan era digitalisasi, kebutuhan modal juga harus semakin kuat, terutama di sektor perbankan.
"Trennya [di 2021] akan lebih banyak lagi bank yang melakukan akuisisi dan merger," kata Wimboh, dalam pemaparan secara virtual, Selasa (26/1/2021).
Menurut Wimboh, tren konsolidasi industri jasa keuangan diyakini akan lebih cepat dengan. Hal ini terlihat dari belakangan ini ada 4 bank yang sudah melakukan merger untuk meningkatkan daya saingnya di industri.
"4 bank merger dalam rangka itu, apabila bisa memenuhi sendiri silakan. Permodalan ini suatu proses yang dinamis karena kompetisi akan berat dengan teknologi," ujarnya.
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500