
Bos Bank Mandiri Buka-bukaan Strategi di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) telah menyiapkan sejumlah strategi dalam digitalisasi perbankan, di tengah permintaan yang kuat akibat Pandemi Covid-19.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mencatat terjadi perubahan kebiasaan nasabah yang semula dilakukan di kantor cabang, menjadi secara digital selama pandemi Covid-19. Sepanjang 2020 ada pertumbuhan 40% pengguna aktif Mandiri Online, atau menjadi 4,5 juta pengguna. Dengan begitu penawaran ataupun promosi kepada nasabah bisa dilakukan melalui platform digital.
"Kami melihat platform ini bisa digunakan untuk consumer, jadi menawarkan banyak produk developer kerja sama dengan Bank Mandiri," kata Darmawan Junaidi dalam dialog di acara CNBC Indonesia Outlook 2021, Kamis (25/02/2021).
Bank Mandiri mencatat nilai transaksi Mandiri Online mengalami peningkatan pada Kuartal I-2020, setelah masyarakat banyak melakukan kegiatan di rumah. Dari jumlah pengguna tercatat kenaikan 40% dari 3,2 juta menjadi 4,5 juta. Sementara itu terjadi peningkatan jumlah transaksi sebesar 54% dari 394,7 juta transaksi menjadi 620,4 juta transaksi. Dari sisi nilai transaksi pun mengalami kenaikan 43% dari Rp 748,8 triliun menjadi Rp 1.072,6 triliun.
"Semenjak Pandemi Covid-19, terdapat akselerasi peralihan consumer behavior dari tradisional ke transaksi digital," katanya.
Sementara itu, terkait dengan pemulihan ekonomi, Bank Mandiri melihat ada peluang dalam kredit otomotif seiring dengan stimulus diskon PPnBM dan uang muka dari pemerintah dan regulator. Untuk itu, Darmawan mengatakan bahwa Bank Mandiri akan menangkap peluang ini melalui anak usaha yang memiliki penawaran menarik.
"Segmen UMKM memang ke depannya kita harus lebih mendorong spending untuk masyarakat yang masih punya simpanan di bank. Dengan begitu bisa meningkatkan aktivitas ekonomi," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Darmawan Junaidi mengungkapkan akan menggarap peluang kewilayahan untuk meningkatkan penyaluran kredit pada 2021. Tahun ini pun pertumbuhan kredit BMRI diperkirakan masih single digit, dan lebih baik dibandingkan 2020.
Darmawan mengungkapkan perusahaan bukan hanya akan fokus pada kredit yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur, ataupun proyek pemerintah dan juga sektor-sektor potensial lainnya.
"Kita lihat sekarang beberapa kontraktor BUMN ini sekarang sudah di dalam portofolio bisnis masing-masih ada peluang mereka. Sehingga room tambahan pembiayaan proyek yang akan datang, artinya sekarang ada inisiatif SWF yang menjadi merupakan satu peluang. Untuk pelaksanaan project infra ke depan sangat terbuka untuk pertumbuhan ekonomi," kata Darmawan.
Dia menambahkan peran BMRI sebagai intermediasi dalam menjalankan ekonomi. Selain dari belanja pemerintah (government spending), Darmawan mengungkapkan perusahaan ingin menjalankan peran ke beberapa sektor mendapatkan output untuk menyalurkan spending sudah mulai terjadi di 2021.
![]() |
"Yang akan mendorong pembiayaan, ada potensi pembiayaan infrastruktur mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan kredit perbankan tak terlepas melalui pembiayaan capital market. Secara agregat pertumbuhan permintaan bank loan dan juga capital market. apabila ada alternatif corporate racing fund, kita melihatnya," jelasnya.
Dia menyebutkan, meski otoritas menargetkan pertumbuhan kredit 7%, target dari Bank Mandiri sebesar 6%, dengan 4-6% di segmen wholesale dan di segmen ritel sedikit lebih tinggi 8-9%. Bank Mandiri juga tetap akan gencar menyalurkan kredit di segmen korporasi, karena segmen wholesales menurutnya adalah mitra agregator bisnis.
"Mungkin kalau nasabah besar eksportir ya mungkin kita selain untuk yang sudah bank nasional, insentif OJK nasabah korporasi lebih banyak mengajak pengusaha sehingga produksi bisa di ekspor. Sehingga ini bisa meningkatkan output," ujar Darmawan.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Migrasi ke Digital, Ini Strategi yang Disiapkan Bank Mandiri
