
Simak 8 Info Penting Ini, Sebelum Beraksi Cari Cuan di Market

5. Dihantam Pandemi 2020, Laba ITMG Ambles 70% Jadi Rp 554 M
Laba bersih emiten pertambangan baru bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melorot hingga 70% sepanjang tahun lalu di tengah pandemi Covid-19. Laba bersih ITMG tercatat US$ 39,47 juta atau setara dengan Rp 554 miliar (kurs Rp 14.000/US$).
Laba bersih tersebut ambles dari periode yang sama tahun 2019 yakni laba bersih US$ 129,47 juta atau setara dengan Rp 1,82 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020 yang dipublikasikan Rabu ini (24/2), pendapatan ITMG juga ambruk 100% menjadi US$ 1,185 miliar atau setara dengan Rp 16,59 triliun, dari sebelumnya US$ 1,715 miliar atau sekitar Rp 24 triliun.
Adapun beban pokok pendapatan turun menjadi US$ 986,19 juta dari sebelumnya US$ 1,39 miliar. Meski beban pokok turun, masih ada tekanan di pos yang akan direklasifikasikan ke laba rugi, di mana ada perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas sebesar US$ 10,65 juta dari sebelumnya hanya US$ 5,28 juta.
Pendapatan terbesar ITMG berasal dari penjualan batu bara pihak ketiga mencapai US$ 1,08 miliar turun tahun sebelumnya US$ 1,52 miliar. Kemudian pendapatan dari bahan bakar juga turun menjadi US$ 49,14 juta dari US$ 79,05 juta, serta pendapatan jasa melorot jadi US$ 2,72 juta dari US$ 3,75 juta.
6.Gagal Bayar! MDLN Minta Lagi Moratorium Bayar Global Bond
Emiten pengelola perumahan Jakarta Garden City, PT Modernland Realty Tbk (MDLN) mengajukan perpanjangan masa penundaan atau moratorium atas kewajiban bunga surat utang global (global bond) senilai US$ 240 juta atau setara dengan Rp 3,36 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
Surat utang atau notes tersebut akan jatuh tempo pada 2024. Surat utang ini diterbitkan oleh entitas anak MDLN, JGC Ventures Pte. Ltd. dan Modernland Overseas Pte Ltd. Sementara satu notes lagi yakni sebesar US$ 150 juta yang jatuh tempo 2021.
Sampai saat ini MDLN masih mencari cara untuk merestrukturisasi global bond senilai total US$ 390 juta atau setara Rp 5,46 triliun itu. Negosiasinya sudah berlangsung sejak pertengahan tahun lalu ketika pertama kali gagal bayar (default) bunga obligasi pada Agustus 2020.
Presiden Direktur Modernland Realty William Honoris mengatakan, perseroan beserta anak usahanya, JGC Ventures, Modernland Overseas, dan MDLN Holdings Pte Ltd mengajukan perpanjangan moratorium hingga 31 Mei 2021.
7. Summarecon Rights Issue 3,6 Miliar Saham, Bakal Dapat Rp 3 T
Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), berencana melakukan penambahan modal melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak-banyaknya 3,60 miliar saham baru. Nilai tersebut setara 24% dari modal disetor perseroan.
lg.php.gif
Mengacu pengumuman yang disampaikan manajemen SMRA, nilai nominal rights issue tersebut sebesar Rp 100 per saham. Belum ditetapkan harga pelaksanaan rights issue ini, namun jika mengacu pada pergerakan harga saham rata-rata harian SMRA di kisaran Rp 835 - Rp 875, maka SMRA berpotensi meraih dana segar sebesar Rp 3 triliun sampai dengan Rp 3,15 triliun.
Nantinya, saham baru yang ditawarkan dalam HMETD II ini mempunyai hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan seluruh saham lama Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh, termasuk hak atas dividen.
Untuk memuluskan aksi korporasi ini, perseroan akan meminta restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis, 1 April 2021 mendatang
8.Bergerak Tak Wajar, BEI Awasi 4 Saham & Ada Bank Jago
Bursa Efek Indonesia mengumumkan terjadinya pergerakan harga saham di luar kebiasaan atau unusual market activity atas lima emiten pada 22-23 Februari. Lima emiten tersebut antara lain, PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI), PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dan PT Yeloo Integra Datanet Tbk (YELO) bersama waran seri I.
Keempat saham dan waran tersebut menurut otoritas bursa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan bergerak di luar kewajaran, sedangkan hanya PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) yang sahamnya mengalami penurunan di luar kebiasaan.
Saham BBYB misalnya, kemarin naik cukup signifikan sebesar 24,76% atau naik 130 poin ke level Rp 655 per saham. Sementara itu, setelah mencetak reli dalam 8 hari terakhir, harga saham ARTO kemarin melemah 6,88% ke level Rp 10.150 setelah sebelumnya sempat naik signifikan 16,27% ke level Rp10.900 per saham.
Kenaikan saham tersebut juga mengerek nilai kapitalisasi pasar Bank Jago menjadi Rp 110,19 triliun dan masuk dalam daftar 10 emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo di BEI.
"Pengumuman UMA tidak serta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal," ungkap pengumuman BEI yang disampaikan Kepala Divisi Pengawasan Transaksi, Lidia M Panjaitan dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan, Irvan Susandy.
(hps/hps)[Gambas:Video CNBC]