
Indeks Dolar AS & Yield Treasury Turun, Rupiah Menguat nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.090/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Pelaku pasar saat ini berfokus pada testimoni ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, kemarin malam, yang membuat dolar AS mundur teratur. Terlihat, mayoritas mata uang utama Asia menguat kemarin.
Powell dalam testimoninya di hadapan Kongres AS mengatakan jika inflasi masih lemah dan pemulihan ekonomi masih dipenuhi ketidakpastian.
"Perekonomian AS masih jauh dari target inflasi dan pasar tenaga kerja kami, dan kemungkinan memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan kemajuan yang substansial," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (24/2/2021).
Pernyataan tersebut menegaskan jika kebijakan The Fed belum akan berubah dalam waktu dekat, yang membuat kecemasan pasar mereda.
Alhasil, baik indeks dolar AS maupun yield obligasi (treasury) AS turun pagi ini, yang membuka ruang penguatan rupiah. Indeks dolar AS turun 0,15% ke 90,031. Sementara yield Treasury turun 8,9 basis poin ke 1,3551%.
Meski demikian patut diwaspadai pergerakan bursa saham Asia yang merah membawa pagi ini, artinya sentimen pelaku pasar kurang bagus yang biasa memberikan tekanan bagi rupiah.
Secara teknikal, tekanan bagi rupiah cukup besar setelah menembus ke atas (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Artinya pola death cross yang terjadi di November 2020 kemungkinan sudah berakhir.
Death cross merupakan perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.
Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh. Selama tertahan di atas MA 50, maka pola death cross akan berakhir, sementara jika kembali ke bawahnya pola tersebut bisa berlanjut lagi.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu, indikator stochastic sudah masuk wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic sudah memasuki wilayah overbought membuka ruang penguatan rupiah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.080/US$. Rupiah berpeluang menguat ke 14.030/US$ (MA 50) jika support tersebut ditembus.
Sementara selama tertahan di atas support, rupiah berisiko melemah dengan resisten berada di kisaran Rp 14.130/US$. Jika level tersebut juga dilewati, rupiah akan melemah lebih jauh, menuju Rp 14.180/US$ (MA 100).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!
