
Menghitung Potensi Cuan dari Saham BBNI, Simak Yah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dari empat perbankan raksasa dengan aset terbesar di Indonesia, terdapat satu bank yang masih memiliki valuasi yang murah. Adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang masih berpotensi naik kencang apabila harganya kembali ke harga wajar pra-pandemi.
Per akhir tahun 2020 nilai buku BBNI berada di angka Rp 5.909/unit sehingga saat ini di harga Rp 5.925/unit, BBNI ditransaksikan dengan valuasi harga dibandingkan dengan nilai buku (PBV) sebesar 1 kali.
Angka ini tentu saja sangat murah mengingat PBV rata-rata di industri perbankan berada di angka 1,7 kali. Bahkan secara historis, BBNI biasanya ditransaksikan di level PBV 1,35 kali yang menunjukkan potensi keuntungan mencapai 35% apabila harga BBNI kembali ke rata-rata PBV historisnya.
Angka ini juga tentunya lebih menarik ketimbang perbankan raksasa lainya seperti ditunjukkan di tabel berikut.
Dari empat perbankan raksasa yang melantai di Indonesia, 2 di antaranya yakni BBCA dan BBRI sudah diperdagangkan di atas rata-rata PBVnya selama 5 tahun terakhir.
Sedangkan BMRI diperdagangkan di level 1,55 kali PBV dengan PBV rata-rata 5 tahun terakhir di angka 1,85 sehingga potensi kenaikan BMRI hanyalah 19,35% dan tidak sejumbo BBNI.
Melihat ini maka bisa dikatakan investasi di saham BBNI merupakan investasi yang cenderung aman karena BBNI merupakan perbankan BUMN yang tentunya tergolong too big to fail tetapi masih memiliki peluang keuntungan yang tinggi.
Bahkan apabila menggunakan nilai intrinsiknya, mengacu pada metode permodelan StarMine Projection Model dari Refinitiv didapatkan bahwa nilai intrinsik BBNI mencapai Rp 9.702,54/unit yang menunjukkan potensi keuntungan mencapai 63,74% apabila harga pasar BBNI kembali ke nilai intrinsiknya.
Sedangkan apabila menggunakan metode valuasi harga pasar dibandingkan dengan laba bersihnya (PER) maka secara kasat mata PER BBNI memang tergolong kecil di angka 33,68 kali.
Akan tetapi perlu diingat tahun 2020 merupakan tahun pandemi sehingga perbankan perlu meningkatkan pencadanganya seperti yang diwajibkan oleh metode pencatatan anyar PSAK 71 yang di sadur dari IFRS 9 yang diwajibkan oleh OJK untuk dipergunakan mulai tahun 2020.
Sehingga kecilnya laba bersih BBNI di tahun 2020 hanya 'di atas buku' saja, nantinya apabila pencadangan tersebut tidak terpakai maka bisa dikembalikan sebagai laba BBNI di tahun mendatang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bagaimana Prospek Saham BBNI di 2021, Simak Analisa Ini!