
Imbal Hasil Obligasi AS Naik, Bursa Eropa Dibuka Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa bergerak melemah pada sesi awal perdagangan Senin (22/2/2021), di tengah pergerakan bursa global yang masih volatil dan riskan terkoreksi oleh aksi ambil untun (profit taking).
Indeks Stoxx 600, yang berisi 600 saham unggulan di Eropa anjlok sebesar 1,1%, di awal perdagangan, Indeks saham sektor teknologi melemah 2,1% dan memimpin koreksi, sedangkan indeks sektor sumber daya dasar menguat 0,2%,
Setengah jam kemudian indeks Stoxx melemah 5,2 poin (-1,24%) ke 409,72 diikuti indeks DAX Jerman yang melemah 186 poin (-1,33%) ke 13.807,22, Di sisi lain, indeks FTSE Inggris turun 69,35 poin (-1,05%) ke 6.554,67 dan CAC Prancis surut 68,1 poin (-1,18%) ke 5.705,45,
Koreksi tersebut terjadi di tengah pelemahan kontrak berjangka (futures) bursa saham AS yang anjlok hingga 150 poin setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq kemarin mencetak koreksi mingguan masing-masing sebesar 0,7% dan 1,6%.
Beberapa investor mulai khawatir melihat kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS di tengah risiko inflasi. Yield surat utang pemerintah bertenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-kembali melampaui level 1,3%.
Yield naik ketika inflasi menguat karena investor yakin bank sentral akan mengerem kebijakan longgarnya dan mengurangi pembelian aset. Imbal hasil yang tinggi bisa memicu lonjakan beban emiten obligasi yang pada gilirannya juga menekan kinerja mereka dan saham mereka di bursa.
Yield untuk obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun melompat 14 basis poin pekan lalu menjadi 1,34%, atau mendekati titik tertingginya sejak Februari 2020. Sepanjang bulan berjalan, imbal hasil surat utang tersebut menguat 25 basis poin.
Bursa saham di Asia Pasifik juga cenderung bergerak mixed setelah bank sentral China memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya
Pemodal di Eropa hari ini masih bakal memantau perkembangan pandemi dan vaksinasi. Pemerintah AS bakal menarik perhatian pemodal karena bakal mengumumkan rencana mencabut pembatasan sosial yang diberlakukannya secara gradual.
Di sisi lain, Gedung Putih menyatakan akan mengirimkan juttaan vaksin yang tertunda akibat badai salju di beberapa negara bagian. Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus akan mengumumkan perkembangan terbaru penanganan pandemi di seluruh dunia.
Dari sisi makro ekonomi, Jerman akan merilis survei iklim bisnis versi Ifo Institute.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Eropa Terpelanting ke Zona Merah di Awal Perdagangan