
Ada Insentif Royalti 0%, Saham Raksasa Batu Bara Terbang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara kembali mendapatkan sentimen positif berupa insentif yang diberikan pemerintah. Lewat UU nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan kemudian lewat PP nmor 25 tahun 2021 tentang penyelenggaraan bidang ESDM, pemerintah akan memberikan insentif berupa nol persen untuk sektor batu bara.
Namun tidak semua. Emiten yang mendapatkan insentif royalti nol persen ini adalah batu bara yang digunakan dalam kegiatan hilirisasi batu bara. Salah satunya adalah konversi batu bara menjadi dimetil eter (DME).
Kabar pemberian royalti nol persen ini membuat harga saham-saham emiten batu bara nasional mengalami kenaikan di awal perdagangan sesi dua hari ini, Senin (22/2/2021).
Saham | Kenaikan harga |
PTBA | 6,3% |
ADRO | 3,8% |
ITMG | 4,5% |
INDY | 4,6% |
BUMI | 8,6% |
DME merupakan salah satu alternatif solusi bagi impor LPG Indonesia yang selama ini jor-joran. Adanya DME diharapkan mampu mengurangi kebutuhan impor LPG Indonesia yang selama ini terus menerus naik sehingga membuat neraca dagang jebol.
Lagipula Indonesia juga kaya akan sumber daya mineral berupa batu bara. Pemerintah terus mendorong hilirisasi batu bara dengan menggaet investor maupun lewat kerja sama dengan sektor swasta.
Sampai saat ini tercatat ada beberapa proyek hilirisasi batu bara yang dikerjakan baik oleh perusahaan pelat merah (BUMN) maupun swasta. Pertama ada proyek gasifikasi batu bara menjadi DME oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Product.
Proyek tersebut mulai akan beroperasi komersial pada 2025 dengan menggunakan pasokan batu bara PTBA sebanyak 6,5 juta ton yang bakal dikonversi menjadi 1,5 juta ton DME.
Kemudian di pihak swasta ada PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang juga turut berpatisipasi. Lewat PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin, BUMI akan memanfaatkan 6-6,5 juta ton batu baranya untuk dikonversi menjadi metanol.
Ada pula emiten tambang batu bara milik Garibaldy (Boy) Thohir yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang juga akan memanfaatkan 1,3 juta ton batu baranya untuk dikonversi menjadi 660 ribu ton metanol.
Estimasi operasi komersial (COD) hilirisasi batu bara BUMI dan ADRO akan dimula di tahun 2025. Sama seperti PTBA. Kemudian untuk skala proyek pilot ada PT Kideco Jaya Agung di bawah emiten PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Indominco di bawah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) serta PT Medco Energi Mining Indonesia (MEIM) Phoenix Energi Ltd yang menggarap proyek underground gassification.
Pembarian royalti sebesar nol persen ini ditujukan agar proyek hilirisasi batu bara bisa berjalan dengan skala keekonmian yang menarik. Pembebasan royalti juga akan menjadi katalis positif untuk sektor tambang batu bara mengingat nilainya berkontribusi lebih dari 10% dari biaya tambang (cash cost).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Impor Batu Bara RI, Saham Batu Bara Meledak