Don't Lose Hope, Harga Batu Bara Masih Bisa Naik Kok

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 February 2021 09:33
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ditutup menguat 2,1% ke US$ 79/ton di akhir pekan lalu Jumat (19/2/2021). Namun dalam sepekan terakhir harga si batu legam masih terkoreksi lebih dari 4%.

Di akhir bulan Januari, harga kontrak futures (berjangka) batu bara ICE Newcastle sempat melesat ke posisi tertingginya hampir dalam dua tahun terakhir ke level US$ 91/ton. Namun setelah itu harga batu bara cenderung melorot.

Pergerakan harga batu bara memang cenderung ditopang oleh faktor musiman juga. Ketika musim dingin datang, kebutuhan akan penghangat ruangan dan listrik meningkat. Di situlah permintaan batu bara terkerek naik, begitu juga harganya. 

Namun jelang berakhirnya musim dingin, terutama di China sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia, harga batu bara cenderung tertekan.

"Puncak permintaan musim dingin sudah berlalu. Sekarang permintaan batu bara mulai melandai," sebut Toby Hassall, Analis Refinitiv.

Meskipun drop, rata-rata harga batu bara di awal tahun 2021 masih lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. Adanya prospek pemulihan ekonomi global disertai berpotensi membuat harga komoditas ekspor unggulan Indonesia dan Australia terdorong lebih tinggi.

Rata-rata harga batu bara untuk tahun ini diperkirakan masih bakal lebih tinggi dibanding tahun lalu. 

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan batu bara dunia tahun ini akan naik 2,6% dibanding tahun lalu. Namun selepas itu, sepertinya prospek batu bara tidak terlampau cerah.

EIA memprediksi permintaan batu bara dunia pada 2022-2025 akan stagnan di kisaran 7,4 miliar ton. Lambat laun, energi baru dan terbarukan akan mengambil tempat.

"Energi terbarukan sudah berada di jalur yang benar untuk menggantikan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik pada 2025. Pada saat itu, penggunaan gas alam juga kami perkirakan sudah melampaui batu bara.

"Namun permintaan batu bara tetap akan tinggi, terutama di Asia. Dalam waktu dekat, belum ada tanda-tanda batu bara akan hilang sama sekali," jelas Keisuke Sadamori, Direktur IEA.

Ya, berbeda dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, permintaan terhadap sumber energi primer yang murah ini masih kuat. India dan China masih menjadi pasar terbesar yang menyerap pasokan batu bara dengan jumlah yang signifikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Tak Kapok Cetak Rekor, Harga Batu Bara Tembus US$ 61/Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular