
Masih Senin Pagi Nih! Rupiah Kok Sudah Nggak Bersemangat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah hari ini. Tren kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Negeri Paman Sam membuat investor menjauh dari aset keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pada Senin (22/2/2021), US$ 1 dihargai Rp 14.060 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu atau stagnan.
Namun beberapa menit kemudian rupiah masuk jalur merah. Pada pukul 09:07 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.070 di mana rupiah melemah 0,07%.
Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,64% di hadapan dolar AS. Tidak hanya di hadapan greenback, rupiah pun habis 'dikeroyok' mata uang Asia-Eropa.
Depresiasi rupiah terjadi akibat mampetnya arus modal ke pasar keuangan Tanah Air. Gara-garanya adalah tren kenaikan yield obligasi pemerintah AS.
Sepanjang minggu lalu, yield US Treasury Bond naik 14,5 basis poin (bps). Yield instrumen ini berada di titik tertinggi sejak Februari 2020.
Kenaikan yield obligasi pemerintah AS disebabkan oleh peningkatan ekspektasi inflasi di Negeri Adidaya. Seiring pemulihan ekonomi, permintaan akan meningkat sehingga memunculkan tekanan inflasi.
Saat ekspektasi inflasi meningkat, maka yield obligasi akan mengikuti. Sebab investor tentu akan mendorong yield lebih tinggi agar keuntungan tidak tergerus oleh inflasi.
Halaman Selanjutnya--> Yield Obligasi Pemerintah AS Naik Terus
