Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib emas belum kunjung membaik. Pekan ini, harga sang logam mulia masih anjlok, tren yang terjadi sejak awal tahun.
Pada minggu ini, harga emas dunia di pasar spot ambles 2,14% secara point-to-point. Sejak awal 2021, harga komoditas ini rontok lebih dari 5%.
Kinerja emas kalah jauh dibandingkan dua logam berharga lainnya. Sejak awal tahun, harga perak naik 3,45% sementara platinum melesat nyaris 20%.
 Sumber: Refinitiv |
Emas adalah aset berstatus aman alias safe haven. Saat dunia sedang gonjang-ganjing, permintaan emas akan tinggi karena investor tidak mau mengambil risiko. Ketika ini terjadi, harga emas melesat.
Namun sejauh ini, 2021 sepertinya belum menjadi momen bagi emas. Pasalnya, dunia tidak lagi bermuram durja. Dunia siap menyambut masa depan yang gilang-gemilang.
Tahun lalu adalah tahunnya emas, di mana emas menjadi salah satu aset yang paling cemerlang. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membuat ekonomi dunia 'mati suri' membuat emas menjadi pilihan investasi yang paling realistis.
Akan tetapi, 2021 ceritanya berbeda. Kini sudah ada vaksin anti-virus corona, 'senjata' utama untuk menangkal virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu.
Mulai akhir 2020, program vaksinasi sudah digulirkan dan memasuki 2021 semakin banyak negara yang mulai menyuntikkan vaksin ke lengan rakyatnya. Hasilnya memuaskan, laju penambahan pasien baru berkurang signifikan.
Mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 19 Februari 2021 adalah 109.997.288 orang. Bertambah 384.448 orang dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (6-19 Februari 2021), rata-rata penambahan pasien baru tercatat 387.117 orang per hari. Jauh menurun dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 525.082 orang per hari.
Halaman Selanjutnya --> Dunia Menuju Herd Immunity
Perlahan tetapi pasti, dunia akan segera mencapai kekebalan kolektif (herd immunity). Riset Citi memperkirakan negara-negara maju bisa mewujudkan herd immunity pada akhir kuartal III-2021 atau kuartal IV-2021.
"Mayoritas negara maju akan memiliki pasokan vaksin yang memadai untuk menyuntik 70% populasi mereka pada pertengahan kuartal II-2021 atau kuartal III-2021. Dengan begitu, herd immunity bisa tercipta pada akhir kuartal III-2021 atau kuartal IV-2021," sebut riset Citi.
Sementara untuk negara berkembang, mungkin akan butuh waktu sedikit lebih lama. Citi 'meramal' herd immunity di negara berkembang akan terwujud pada akhir kuartal III-2021 hingga pertengahan 2022.
"Di beberapa wilayah seperti Timur Tengah mungkin herd immunity bisa hadir lebih cepat yaitu awal kuartal II-2021. Disusul oleh negara berkembang Eropa yakni pada akhir kuartal III-2021 atau kuartal IV-2021. Baru kemudian terjadi di negara berkembang Asia, Amerika Latin, dan Afrika," lanjut riset Citi.
Ketika herd immunity sudah terwujud, di mana 60%-70% rakyat telah menerima vaksin, maka rantai penularan virus corona bisa diputus karena mayoritas masyarakat sudah kebal. Dengan demikian, pandemi bisa diakhiri dan masyarakat bisa mulai beraktivitas seperti dulu lagi.
Perkembangan positif program vaksinasi membuat berbagai institusi merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2021. Teranyar, Bank Indonesia (BI) menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 5% menjadi 5,1%.
Prospek ekonomi dunia yang cerah membuat investor emoh bermain aman. Pelaku pasar kini memilih berburu aset-aset berisiko yang mendatangkan cuan gede. Emas jadi kekurangan peminat.
Menurut catatan US Commodity Futures Trading Commission (CFTC), pelaku pasar mengurangi posisi bullish untuk emas. Pekan ini, posisi beli (long) terhadap emas adalah 438 kontrak, berkurang 8,12% dibandingkan pekan sebelumnya. Sementara posisi jual (short) pekan ini adalah 178 kontrak, melonjak 20,68%.
TIM RISET CNBC INDONESIA