Makin Mahal! Dolar Australia Dekati Rp 11.000/AU$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 February 2021 11:05
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Australia kini semakin mahal setelah naik dalam 3 hari terakhir. Mata Uang Negeri Kanguru ini bahkan mendekati level Rp 11.000/AU$. Kali terakhir dolar Australia berada di level tersebut pada pertengahan 2014 lalu.

Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini menguat 0,52% ke Rp 10.937,78/AU$ di pasar spot. Total dalam 3 hari terakhir hingga ke level tersebut, tercatat penguatannya sebesar 1,3%.

Dolar Australia mendapat tenaga untuk terus menguat setelah Biro Statistik Australia kemarin melaporkan tingkat pengangguran turun 6,4% di bulan Januari, dari bulan sebelumnya 6,6%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah sejak April 2020.

Selain itu, sepanjang bulan Januari terjadi perekrutan tenaga kerja sebanyak 29.100 orang. Artinya, perekonomian Australia mulai bergeliat setelah mengalami resesi terparah sepanjang sejarah akibat serangan virus corona (Covid-19).

Dengan data tenaga kerja yang terus membaik, ada kemungkinan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan merubah panduan kebijakan moneternya, apalagi jika tingkat pengangguran turun lebih cepat ketimbang prediksinya.

Di awal bulan ini, RBA mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah 0,1%, dan akan menambah nilai QE sebesar AU$ 100 miliar.

Sementara itu rupiah sedikit tertekan setelah Bank Indonesia kemarin menurunkan suku bunga acuannya.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo usai RDG, Kamis (18/2/2021).

Selain itu, BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 4,3% sampai 5,3% dari sebelumnya 4,8% sampai 5,8%.

Penurunan proyeksi tersebut dikarenakan rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020. Sehingga secara keseluruhan tahun 2020 terjadi kontraksi ekonomi sebesar 2,07%.

Penurunan suku bunga dapat membuat imbal hasil berinvestasi di Indonesia dengan Australia menyempit, yang tentunya kurang menguntungkan bagi rupiah sebagai aset negara emerging market.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia 2 Hari KO, Bukti Rupiah Perkasa Meski Libur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular