Harum Energy Targetkan Kontribusi Nikel Capai 80% di 2026

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
17 February 2021 18:35
Akuisisi Tambang Nikel, Harum Energy Jajaki Investasi Smelter(CNBC Indonesia TV)
Foto: Akuisisi Tambang Nikel, Harum Energy Jajaki Investasi Smelter(CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas nikel kini menjadi primadona di sektor pertambangan, bahkan perusahaan batu bara PT Harum Energy Tbk (HRUM) belum lama ini baru mengakuisisi tambang nikel yakni mengakuisisi 51% saham PT Position, milik Aquila Nickel Pte Ltd yang tercatat berbasis di Singapura.

Aksi korporasi akuisisi tambang nikel ini merupakan kali kedua setelah perusahaan milik Kiki Barki ini mengakuisisi Nickel Mines Limited asal Australia pada Juni 2020 lalu.

Usai mengakuisisi dua perusahaan nikel tersebut, HRUM menargetkan kontribusi nikel terhadap pendapatan perusahaan bisa mencapai 75%-80% pada lima tahun mendatang.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara kepada CNBC Indonesia. Dia mengatakan, kontribusi bisnis nikel akan melebihi kontribusi dari bisnis batu bara ke depannya.

"Saya kira mungkin 75%-80% sudah akan dikontribusi dari sektor nikel," ungkapnya kepada CNBC Indonesia saat ditanya berapa target kontribusi nikel ke pendapatan perusahaan dalam lima tahun mendatang, Rabu (17/02/2021).

Melalui anak usahanya yakni PT Tanito Harum Nickel, Harum Energy baru saja mengakuisisi 51% saham PT Position milik Aquila Nickel Pte Ltd atau setara 24.287 saham perusahaan. Aquila tercatat berbasis di Singapura. Harga jual beli itu diteken sebesar US$ 80.325.000 atau setara dengan Rp 1,12 triliun (kurs Rp 14.000/US$), berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (01/02/2021).

Ray mengatakan, pasar kini sangat antusias pada segala kegiatan yang menyangkut komoditas nikel.

Hal ini tercermin dari pergerakan saham-saham di bursa yang berkaitan dengan nikel. Baginya hal ini cukup beralasan seiring dengan optimisme pasar pada pengembangan kendaraan listrik, sehingga mendorong permintaan nikel.

"Terkait akuisisi mayoritas di PT Position dilakukan lewat anak usaha, yang sahamnya kita miliki 90%. Selanjutnya rencana kita mulai pekerjaan awal survey lapangan, dan sebagainya, sehingga segera bisa mulai produksi," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan PT Position masih memerlukan beberapa pengembangan, terutama mengenai pembangunan infrastruktur seperti jalan dan lainnya. Pihaknya pun berharap perizinan bisa diperoleh tepat waktu, sehingga pada Semester 2 tahun depan tambang nikel ini bisa mulai berproduksi.

"Membeli tambang secara langsung ini yang pertama kali. Jadi, investasi kita yang pertama itu bukan di tambang langsung tapi melalui pembelian saham minoritas 4,7% di perusahaan nikel yang tercatat di Australia. Kalau ini kan di tambang sendiri," paparnya.

Ray menyebut tidak menutup kemungkinan untuk melebarkan sayap investasi pada komoditas nikel, namun yang menjadi prioritas adalah mengembangkan industri hilirnya.

Melalui rencana yang sedang dievaluasi saat ini, jika pembangunan bisa dimulai segera, pada Semester 2 tahun 2022 sudah mulai berkontribusi. Lalu dengan asumsi harga nikel stabil seperti saat ini, diproyeksikan kontribusi nikel bisa melebihi kontribusi dari bisnis batu bara.

Pada Juni 2020, HRUM juga sudah melakukan transaksi pembelian saham perusahaan tambang nikel asal Australia, Nickel Mines Limited, sebesar AUD 34,26 juta atau setara Rp 369 miliar dengan kurs Rp 10.781 per AUD.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Strategi Harum Energy Manfaatkan Periode Supercycle

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular