Jeblok Lagi ke Atas Rp 14.000/US$, Rupiah Terburuk di Asia!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 February 2021 15:47
Dollar-Rupiah
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (17/2/2021), hingga kembali ke atas Rp 14.000/US$. Terbukti mata uang Garuda belum bisa tahan lama di bawah level psikologis tersebut.

Sebelumnya, di awal tahun ini rupiah menembus Rp 14.000/US$, bahkan mencapai Rp 13.885/US$ pada 4 Januari lalu. Tetapi 5 hari perdagangan setelahnya kembali ke atas Rp 14.000/US$.

Rupiah berhasil menembus lagi level psikologis tersebut pada 21 Januari lalu, tetapi hanya berumur sehari saja.

Mata Uang Garuda kembali ke bawah Rp 14.000/US$ pada 8 Februari lalu, lagi-lagi bertahan hanya 5 hari perdagangan.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menjadi fokus pelaku pasar hari ini, selain itu kenaikan yield obligasi (Treasury) AS juga membuat dolar "mengamuk".

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah 0,22% ke Rp 13.950/US$. Rupiah tidak sekalipun merasakan zona hijau, malah semakin jeblok hingga 0,72% ke Rp 14.020/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di level Rp 14.010/US$, melemah 0,65%.

Dengan pelemahan tersebut, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia hari ini. Hingga pukul 15:09 WIB, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah, tetapi tidak ada yang sebesar rupiah.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Dalam 2 hari terakhir, indeks dolar AS menguat tipis-tipis setelah sempat tertekan di awal perdagangan. Tetapi pagi tadi, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut sudah naik 0,26%, dan sore ini tersisa 0,15% di 90,644. Kenaikan cukup tajam tersebut membuat dolar AS "mengamuk" di Asia.

Bangkitnya indeks dolar AS tersebut dipicu oleh naik yield obligasi (Treasury) AS ke level tertinggi sejak Februari 2020, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> BI Diramal Pangkas Suku Bunga

RDG BI dimulai hari ini, dan hasilnya akan diumumkan Kamis besok. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan angka median 3,5% untuk suku bunga acuan bulan ini. Artinya, ada pemotongan 25 basis poin (bps) dari posisi saat ini.

InstitusiBI 7 Day Reverse Repo Rate (%)
Bank Danamon3.5
ING3.75
CIMB Niaga3.5
Citi3.5
DBS3.5
Mirae Asset3.75
BNI Sekuritas3.5
Maybank Indonesia3.5
Bank Mandiri3.5
Bahana Sekuritas3.5
Moody's Analytics3.75
UOB3.5
MEDIAN3.5

Pada kesempatan sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan memiliki ruang untuk kembali menurunkan suku bunga, guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Perry mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia sedang berlangsung, tetapi masih di bawah ekspektasi BI.

Pada kuartal IV-2020, ekonomi Indonesia berkontraksi (tumbuh negatif) 2,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). BI sempat memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air bisa tumbuh positif pada kuartal pamungkas tahun lalu.

"Sejujurnya ini di bawah ekspektasi. Memang arahnya ada perbaikan, tetapi tidak secepat yang kami perkirakan," tutur Gubernur BI Perry Warijyo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR.

Oleh karena itu, ruang pemangkasan suku bunga kemungkinan besar akan dimanfaatkan oleh BI, apalagi nilai tukar rupiah terbilang stabil. Masalahnya, ketika suku bunga dipangkas nanti, rupiah kemungkinan besar akan tertekan, sebab selisih imbal hasil dengan AS akan menyempit.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular