Rupiah Galak tapi Dolar Australia Tetap Kuat, Apa Rahasianya?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 February 2021 15:18
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia masih kuat melawan rupiah yang sedang galak pada perdagangan Senin (15/2/2021). Dolar Amerika Serikat (AS) melemah lebih dari 0,5% ke tumbang ke bawah Rp 13.900/US$, sementara dolar Singapura turun 0,35% ke Rp 10.500/SG$, menunjukkan bagaimana galaknya rupiah pada hari ini.

Tetapi melawan dolar Australia rupiah masih melempem. Pada pukul 13:40 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.827,54, dolar Australia nyaris stagnan dibandingkan posisi terakhir pekan lalu. Bahkan di awal perdagangan hari ini sempat menguat 0,22% ke Rp 10.854/AU$.

Rilis data neraca dagang Indonesia yang kembali menunjukkan surplus membuat rupiah perkasa. Kepala BPS Suhariyanto melaporkan nilai impor bulan lalu adalah US$ 13,34 miliar. Turun 6,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Dengan nilai ekspor yang sebesar US$ 15,3 miliar, maka neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 1,96 miliar. Surplus neraca perdagangan sudah terjadi selama sembilan bulan beruntun.

Dengan neraca dagang yang masih membukukan surplus, transaksi berjalan (current account) kemungkinan juga masih akan surplus di kuartal I-2021. Surplus transaksi berjalan tersebut akan menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

Tetapi, di sisi lain, dolar Australia masih perkasa akibat harga bijih besi yang masih stabil di dekat rekor tertinggi sepanjang sejarah. Bijih besi merupakan komoditas ekspor utama Australia berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor Australia, sehingga harganya yang melesat tentunya akan meningkatkan pendapatan ekspor.

Harga bijih besi di bursa komoditas Dalian China berada di level 1.057 yuan per ton, tidak jauh dari rekor terendah sepanjang masa 1.147 yuan per ton yang dicapai pada 21 Desember 2020 lalu.

Tingginya harga bijih besi tersebut terus menopang penguatan dolar Australia, meski bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) jelas-jelas menunjukkan sikap dovish. Pada Selasa (2/2/2021) RBA mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah 0,1%, dan akan menambah nilai QE sebesar AU$ 100 miliar.

Artinya jumlah uang yang beredar di perekonomian Australia akan bertambah, secara teori dolar Australia akan melemah. Pasca pengumuman tersebut Mata Uang Kanguru memang sempat merosot ke level terendah dalam 1,5 bulan terakhir Rp 10.601/AU$, tetapi setelahnya perlahan bangkit dan tetap kuat hingga saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular