Rupiah Boleh Libas Dolar AS, Namun Kalah Telak Dengan Eropa

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
14 February 2021 18:30
dollar
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Penguatan rupiah selama 4 hari beruntun (dari Senin hingga Kamis) sebesar 50 poin didorong oleh kian dekatnya pencairan stimulus fiskal jumbo senilai US$ 1,9 triliun di AS. Pemerintah dan bank sentral AS pun mempertahankan kebijakan makro akomodatif untuk memacu ekonomi.

Jerome Powell sebagai bos otoritas moneter paling powerful di dunia yakni The Fed kembali menegaskan bahwa kebijakan ultra-longgar masih dibutuhkan untuk mendongkrak perekonomian.

Suku bunga acuan tak akan dinaikkan sampai setidaknya tahun 2023. Tapering dan pengetatan moneter untuk saat ini dinilai Powell sebagai tindakan yang prematur. Kebijakan ini jelas membuat dolar AS tertekan.

Tambahan stimulus berarti tambahan uang beredar yang secara teoritis menekan nilai dolar AS. Likuiditas yang berlimpah memicu inflow ke pasar keuangan negara berkembang tak terkecuali Indonesia. Pelemahan dolar AS, imbal hasil riil obligasi pemerintah AS yang sudah negatif.

Aset-aset keuangan di Indonesia pun dilirik karena memberikan imbal hasil yang menarik. Di pasar surat utang negara (SUN) imbal hasil SBN tenor 10 tahun masih di angka 6%. Jika dikurangi dengan inflasi sebesar 1,6% maka imbal hasil riil-nya masih 4,4%.

Namun pada Jumat, indeks dolar AS yang merupakan acuan pergerakan mata uang dolar AS terhadap enam mata mitra dagang utamanya justru menguat 0,02% menjadi 90,43. Penguatan tersebut terjadi lebih karena pelemahan mata uang mitra dagang khususnya poundsterling.

Inggris merilis pertumbuhan ekonomi minus 9,9% pada 2020, atau menjadi koreksi tahunan yang terbesar dan terburuk dalam sejarah pencatatan Produk Domestik Bruto (PDB) mereka. Stering pun melemah 0,21% terhadap dolar AS dari 1,3815 menjadi 1,3844.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/roy)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular