Begini Bunyi Ramalan OPEC yang Bikin Harga Minyak Drop

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 February 2021 12:35
A person passes the logo of the Organization of the Petroleoum Exporting Countries (OPEC) in front of OPEC's headquarters in Vienna, Austria June 19, 2018.   REUTERS/Leonhard Foeger
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah drop pada perdagangan hari ini, Jumat (12/2/2020). Ada sinyal pullback di pasar minyak setelah harga komoditas ini melambung sampai menyentuh level tertinggi dalam satu tahun terakhir. 

Harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah Brent terpangkas 0,62% ke US$ 60,76/barel. Sementara itu harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) drop 0,7% ke US$ 57,83/barel. 

Secara teknikal harga kontrak minyak mentah memang sudah menyentuh titik jenuh beli (overbought) sehingga ada indikasi terjadi aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan oleh para trader

Harga minyak cenderung reli kencang sejak akhir Oktober. Tercatat harga minyak sudah naik lebih dari 60% terhitung dari 30 Oktober 2020. Sudah sewajarnya harga minyak mengalami koreksi sehat karena mencatatkan reli kencang. 

"Ada beberapa tanda bahwa pasar bersiap untuk pullback," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho Securities kepada Reuters.

Harga minyak mentah mengalami reli kencang akibat sentimen pemulihan ekonomi global menyusul vaksinasi Covid-19. Secara fundamental, pemulihan permintaan minyak juga terjadi secara gradual dan ditopang oleh China. 

Prospek yang lebih cerah membuat para spekulan memasang posisi long atau beli kontrak minyak. Harga pun akhirnya terkerek naik. Katalis positif bagi harga minyak adalah komitmen para kartel yang tergabung dalam OPEC+ untuk tetap menjaga defisit pasokan. 

Baru-baru ini OPEC merilis laporan bulanan terbarunya. Dalam laporannya tersebut OPEC kembali merevisi turun perkiraan permintaan minyak global di tahun 2021 ini. Total permintaan minyak diperkirakan mencapai 5,79 juta barel per hari (bph) menjadi 96,05 juta bph atau turun 110 ribu bph pada perkiraan bulan sebelumnya. 

Pemulihan permintaan minyak akan terjadi secara gradual. Itulah mengapa OPEC+ berupaya untuk menunda kenaikan output dengan Arab Saudi yang bersedia memangkas 1 juta bph produksinya secara sukarela di bulan Februari dan Maret untuk mengkompensasi kenaikan output Rusia. 

"Sementara ekonomi global menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang sehat pada 2021, permintaan minyak saat ini tertinggal, tetapi diperkirakan akan meningkat pada paruh kedua 2021," tulis OPEC dalam laporannya.

Sebelumnya, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pasokan minyak masih melebihi permintaan secara global, meskipun vaksin Covid-19 diharapkan dapat membantu memulihkan permintaan. 

Penurunan proyeksi permintaan minyak di tahun 2021 juga menjadi sentimen negatif yang memantik aksi jual kontrak minyak sehingga harganya mengalami koreksi pada perdagangan hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun Harga Minyak Naik, tapi Ada Kabar Buruk dari OPEC

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular