Keperkasaanmu Hanya Sementara! Camkan Itu, Dolar AS

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 February 2021 10:15
dolar-Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Inflasi yang rendah, plus kebutuhan untuk mencapai maximum employment, semakin mempertegas bahwa tren suku bunga mendekati 0% masih akan bertahan dalam waktu yang tida sebentar. Dotplot teranyar dari The Fed memperkirakan suku bunga acuan kemungkinan baru naik pada 2023, atau mungkin lebih lama.

"Kebijakan moneter longgar akan menetap dalam waktu lama, dan itu negatif bagi dolar AS. Akan sulit bagi dolar AS untuk menguat saat kebijakan moneter masih akomodatif," kata Imre Speizer, Currency Analyst di Westpac, seperti dikutip dari Reuters.

Suku bunga rendah berarti imbalan investasi di AS juga ikut rendah. Padahal likuiditas sedang membludak karena The Fed masih menggelontorkan stimulus moneter, ditambah bakal ada stimulus fiskal dari pemerintahan Biden.

Investor tentu ingin uang ini 'beranak' dan pasar AS tidak bisa menjanjikan itu. Akibatnya, arus modal akan terus mengalir ke pasar yang memberi iming-iming cuan gede.

Cuan itu ada di pasar negara-negara berkembang, yang suku bunganya relatif lebih tinggi ketimbang AS. Berdasarkan catatan Refinitiv, indeks Morgan Stanley Composite Emerging Markets (MSCI EM) sejak awal tahun ini sudah naik lebih dari 10%. Sementara indeks S&P 500 di Wall Street 'hanya' naik sedikit di bawah 4%.

indeksSumber: Refinitiv

"Pasar negara berkembang sangat menjanjikan. Negara berkembang diuntungkan oleh pemangkasan suku bunga dan injeksi likuidits bank sentral," kata Dara White, Global Head of Emerging Markets Equity di Columbia Threadneedle Investment, seperti dikutip dari Reuters.

Blackrock Investment Institute kini menempatkan aset-aset negara berkembang di posisi overweight. "Kami melihat pasar negara berkembang akan menikmati gelombang pemulihan ekonomi pada 2021 karena vaksinasi anti-virus corona," sebut Blackrock Investment Institute dalam risetnya.

So, ke depan sepertinya arus modal akan cenderung menghindari aset-aset berbasis dolar AS dan masuk ke negara berkembang. Indonesia tentu jadi salah satu tujuan utamanya. Oleh karena itu, prospek rupiah masih akan cerah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular