
Sentuh Rp 13.960/US$, Rupiah Siap Hat-trick Libas Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (10/2/2021). Dolar AS yang sedang terpuruk membuat rupiah mampu melanjutkan penguatan sejak awal pekan.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 13.990/US$. Setelahnya penguatan terakselerasi hingga 0,21% ke Rp 13.960/US$. Level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, rupiah kemudian mengendur dan berada di Rp 13.980/US$, menguat 0,07% pada pukul 12:00 WIB.
Jika berhasil dipertahankan hingga akhir perdagangan nanti, maka rupiah akan membukukan hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun melawan dolar AS.
Peluang tersebut cukup besar melihat pergerakan kurs rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) yang nyaris tidak berubah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp13.981,50 | Rp13.982,0 |
1 Bulan | Rp14.006,20 | Rp14.005,0 |
2 Bulan | Rp14.055,50 | Rp14.058,7 |
3 Bulan | Rp14.108,50 | Rp14.109,3 |
6 Bulan | Rp14.248,50 | Rp14.240,4 |
9 Bulan | Rp14.398,00 | Rp14.383,3 |
1 Tahun | Rp14.514,60 | Rp14.536,8 |
2 Tahun | Rp15.285,00 | Rp15.265,0 |
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Tekanan bagi dolar AS masih berlanjut pada hari ini. Indeks dolar AS kembali turun 0,05% ke 90,395, setelah membukukan penurunan 3 hari beruntun Selasa kemarin, dengan persentase dengan total 1,2%.
Pelemahan DXY tersebut sebenarnya sudah diprediksi sejak lama. Bahkan survei terbaru menunjukkan semakin banyak para analis yang memprediksi dolar AS akan melemah.
Reuters melakukan survei pada 1-4 Februari lalu, dari 73 analis sebanyak 63 atau 83% melihat dolar AS masih akan berada di level saat ini atau semakin lemah dalam 3 bulan ke depan. Hanya 10 orang yang memprediksi the greenback akan menguat.
"Masih banyak ruang penurunan bagi dolar AS, dan perspektif jangka panjang kami dolar AS masih akan melemah, bukan menguat," kata Steve Englander, kepala riset mata uang G10 di Standard Chartered, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (5/2/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!
