Kinerja Emiten Karya Diprediksi Baru Pulih 2022

Monica Wareza, CNBC Indonesia
10 February 2021 12:12
Progres Konstruksi Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta Ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang Capai 71%. (Dok. Kementerian PUPR)
Foto: Progres Konstruksi Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta Ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang Capai 71%. (Dok. Kementerian PUPR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Analis menilai kinerja keuangan untuk perusahaan karya baru akan membaik mulai tahun depan. Sebab, sejak tahun lalu perolehan kontrak baru perusahaan turun signifikan dibandingkan dengan kontrak baru di 2019.

Equity Analyst BRI Danareksa Sekuritas Maria Renata mengatakan karena nilai kontrak dari perusahaan ini sepanjang tahun lalu masih soft, maka akan berdampak pada perolehan pendapatan perusahaan yang juga akan rendah.

"Memang yang kami khawatirkan ke depannya itu 2021 dan tahun 2022 revenue belum akan kembali ke normal karena pembangunan [proyek] itu multiyears, itu impact-nya bisa beberapa tahun ke depan," kata Maria dalam program Investime, Selasa (9/2/2021).

Dia memprediksi kinerja perusahaan di tahun ini masih belum akan kembali ke posisi sebelum pandemi di 2019. Perbaikan ini setidaknya akan membutuhkan waktu hingga 2022 untuk mengembalikan nilai perolehan kontrak baru perusahaan.

Lalu apakah sudah tepat untuk mengoleksi saham infrastruktur saat ini?

Maria mengatakan, hal ini bergantung pada rencana investasi masing-masing investor. Sebab, biasanya untuk investasi di saham biasanya menggunakan view investasi jangka panjang.

"Sehingga kalau view long term tidak ada salahnya masuk dari sekarang karena kita tidak ada yang tau apa yang akan terjadi ke depan. Tiba-tiba ada katalis positif lainnya, misalnya ada investor SWF yang tertarik masuk, ada aset divestment yang dilakukan atau ada revenue growth yang besar," katanya.

Namun demikian, pemilihan saham-saham juga harus dilakukan secara benar. Sebab meski sektor ini mendapatkan sentimen positif di tahun ini, namun tak semua perusahaan memiliki fundamental yang baik.

Kata dia, untuk memilih emiten konstruksi bergantung pada keuangan perusahaan. Salah satu indikator yang bisa dijadikan acuan kesehatan sebuah perusahaan konstruksi adalah rasio utang terhadap ekuitas perusahaan alias debt to equity ratio (DER).

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan leverage pendanaan. Sebab dana ini dibutuhkan cukup besar untuk membiayai pembangunan proyek tersebut.

"DER di sektor konstruksi ini biasanya tinggi," kata dia.

Normalnya perusahaan konstruksi ini memiliki covenant sebesar maksimal 2,5x. Sehingga wajar jika perusahaan ini memiliki DER lebih tinggi dari sektor lain.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham-saham Konstruksi Mulai Bergerak Liar, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular