Analisis Teknikal

Dolar AS Sedang Jeblok, Rupiah Lari Lebih Kencang Yuk!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 February 2021 08:49
An employee counts U.S. dollar banknotes at a currency exchange office in Jakarta, Indonesia October 23, 2018. Picture taken October 23, 2018. REUTERS/Beawiharta
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,04% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 13.990/US$ pada perdagangan Selasa kemarin.

Penguatan rupiah tersebut terbilang tipis, mengingat dolar AS sedang lesu. Indeks dolar AS kemarin melemah 0,54%, dan dalam 3 hari beruntun dengan total 1,2%.

Pelemahan DXY tersebut sebenarnya sudah diprediksi sejak lama. Bahkan survei terbaru menunjukkan semakin banyak para analis yang memprediksi dolar AS akan melemah.

Reuters melakukan survei pada 1-4 Februari lalu, dari 73 analis sebanyak 63 atau 83% melihat dolar AS masih akan berada di level saat ini atau semakin lemah dalam 3 bulan ke depan. Hanya 10 orang yang memprediksi the greenback akan menguat.

"Masih banyak ruang penurunan bagi dolar AS, dan perspektif jangka panjang kami dolar AS masih akan melemah, bukan menguat," kata Steve Englander, kepala riset mata uang G10 di Standard Chartered, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (5/2/2021).

Pelemahan indeks dolar AS tersebut membuka ruang berlanjutnya penguatan rupiah pada perdagangan hari ini, Rabu (10/2/2021).

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar, apalagi kini sudah berada di bawah level psikologis Rp 14.000/US$.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

Sementara itu, indikator stochastic bergerak turun dan masuk ke wilayah jenuh jual (oversold).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Level psikologis Rp 14.000/US$ kini menjadi resisten terdekat, jika kembali ke atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di pekan ini, dan berada di kisaran MA 50.

Jika resisten tersebut ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke 14.165/US$, sebelum menuju Rp 14.200 hingga Rp 14.260/US$ di pekan ini.

Sementara itu support terdekat berada di kisaran Rp 13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$
Peluang penguatan lebih jauh di pekan ini akan terbuka cukup lebar jika rupiah mampu mengakhiri perdagangan di bawah level Rp 13.900/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular