
Hati-hati! Jelang Imlek, Banyak Serok Cuan & IHSG Bisa Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,44% ke 6.181,672 pada perdagangan Selasa kemarin, bahkan sempat menyentuh level terendah harian 6.157,135. Padahal sebelumnya di awal perdagangan IHSG sempat menguat 1,25%.
Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 438 miliar, dengan nilai transaksi lebih dari Rp 19 triliun.
Sentimen negatif datang dari data penjualan ritel Indonesia pada Desember 2020 masih tumbuh negatif alias terkontraksi, bahkan lebih parah ketimbang bulan sebelumnya. Pada Januari 2021, penjualan ritel diperkirakan masih minus.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, penjualan ritel yang diukur dengan Indeks Penjualan Rill (IPR) pada Desember 2020 adalah 190,1. Dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM) memang naik 4,8%.
Namun perubahan secara bulanan agak kurang mencerminkan tren, karena diganggu oleh faktor musiman. Misalnya pada Desember tentu lebih baik ketimbang November karena ada momentum Hari Natal-Tahun Baru.
Oleh karena itu, biasanya yang lebih menggambarkan tren sehingga lebih konsisten adalah pertumbuhan tahunan (year-on-year/YoY).
Secara tahunan, penjualan ritel pada Desember 2020 tumbuh -19,2%. Lebih parah ketimbang bulan sebelumnya yang -16,3%.
Kali terakhir Indonesia membukukan pertumbuhan penjualan ritel yang positif pada November 2019. Artinya, kontraksi penjualan ritel sudah terjadi selama 13 bulan beruntun.
Untuk bulan Januari 2021, BI memperkirakan penjualan ritel masih negatif, hanya lebih landai di -16,3% YoY.
Sementara itu, reli bursa saham Amerika Serikat (AS) akhirnya terhenti pada perdagangan Selasa waktu setempat. Sebelumnya Wall Street telah membukukan penguatan dalam 6 hari beruntun, dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Terhentinya reli Wall Street tersebut tentunya mengirim sentimen negatif ke pasar Asia pada perdagangan hari ini, Rabu (10/2/2021).
Secara teknikal, IHSG pada perdagangan Kamis (4/2/2021) membentuk Doji, secara psikologis pola ini mengindikasikan pasar masih kebingungan menentukan kemana arah IHSG. Artinya peluang IHSG ambrol atau melesat sama besarnya. Terbukti, kemarin IHSG berbalik melemah setelah sempat menguat di awal perdagangan.
Kabar baiknya, IHSG mampu bertahan di atas 6.000 dan rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50).
IHSG sebelumnya menembus ke bawah MA 50 setelah mengalami kemerosotan 7 hari beruntun pasca membentuk pola 3 gagak hitam (three black crow). Pola tersebut merupakan sinyal pembalikan arah, dari sebelumnya dalam tren menanjak berubah menjadi turun, atau "malapetaka" bagi IHSG.
Pola three black crow terdiri dari 3 candle stick yang menurun, dengan posisi penutupan candle terakhir selalu lebih rendah dari candle sebelumnya.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG yang kini berada di atas MA 50 memberikan peluang berlanjunya penguatan IHSG, sekaligus menghentikan "bayang-bayang" tiga gagak hitam.
Tetapi jika kembali ke bawah 6.000, maka risiko berlanjutnya penurunan kembali muncul, dengan target ke kisaran 5.600 dalam beberapa pekan ke depan
Level 5.600 berada di dekat dengan MA 100 serta Fibonnanci Retracement 61,8% yang bisa menjadi support kuat. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun 2020 di 3.911 pada grafik harian.
Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh jual (oversold).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Sebaliknya, stochastic pada grafik 1 jam sudah bergerak turun dari wilayah jenuh beli, yang membuka ruang koreksi lebih lanjut.
Koreksi IHSG kemarin hingga menyentuh support di kisaran 6.160. Jika hari ini ditembus dengan konsisten, IHSG berpeluang turun ke 6.110 hingga 6.090.
Sementara jika mampu bertahan di atas support, IHSG berpeluang menguat lagi ke 6.200, sebelum menuju 6.260. Resisten selanjutnya 6.300 hingga 6.320
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Pamer Kinerja IHSG, Lebih Cuan dari Negara Tetangga