Biang Kerok IHSG Bonyok, 10 Saham Top Ini Ramai Dijual Asing

tahir saleh, CNBC Indonesia
10 February 2021 06:35
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa kemarin (9/2/21) di level 6.181,67 atau minus 0,44% di tengah optimisme stimulus Amerika Serikat (AS) dan sentimen pembentukan induk (holding) BUMN pembiayaan mikro.

Data BEI mencatat, ada 158 saham naik, 315 saham ambruk, dan 167 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 19,19 triliun dengan volume perdagangan 18,87 miliar saham dan frekuensi perdagangan 1,72 juta kali perdagangan.

Investor asing tercatat melakukan aksi jual dalam rangka profit taking alias ambil untung pada saham-saham berkapitalisasi pasar (market capitalization) besar. Net sell di pasar reguler kemarin mencapai Rp 534,54 miliar di pasar reguler.

Meski demikian di pasar nego dan tunai ada beli bersih (net buy) Rp 105,43 miliar, sehingga total net sell menjadi Rp 429,11 miliar di semua pasar.

Berikut ada 10 saham dengan catatan jual bersih terbesar di pasar reguler.

Top Net Foreign Sell, Selasa (9/2) di Pasar Reguler

1. Astra International (ASII), net sell Rp 326 M, saham -4,15% Rp 5.825

2. Indofood CBP (ICBP), Rp 228 M, saham -3,30% Rp 8.800

3. Telkom Indonesia (TLKM), Rp 106 M, saham -2,44% Rp 3.200

4. Bank Mandiri (BMRI), Rp 97 M, saham -1,14% Rp 6.500

5. PGN (PGAS), Rp 89 M, saham -4,35% Rp 1.430

6. Vale Indonesia (INCO), Rp 67 M, saham -3,25% Rp 5.950

7. Tower Bersama (TBIG), Rp 63 M, saham -6,64% Rp 2.110

8. Kalbe Farma (KLBF), Rp 25 M, saham -3,18% Rp 1.520

9. Semen Indonesia (SMGR), Rp 16 M, saham -1,36% Rp 10.900

10. Indofood Sukses INDF), Rp 13 M, saham -1,60% Rp 6.150

Dari saham-saham tersebut, ada empat saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Astra punya kapitalisasi pasar mencapai Rp 236 triliun, ICBP Rp 103 triliun, Telkom Rp 317 triliun, dan BMRI Rp 303 triliun.

Di sisi lain, asing melakukan net buy terbesar di dua saham yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 699 miliar dan di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 123 miliar.

Adapun pelemahan saham ASII terjadi setelah kabar dari amblesnya badan jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di ruas KM 122 pada sekitar pukul 08:30 WIB Selasa pagi.

Astra melalui anak usahanya, PT Astratel Nusantara merupakan pemilik konsesi jalan tol PT Cikopo-Palimanan (Cipali). Astra membeli ruas tol ini dari sejumlah pemegang saham senilai Rp 2,56 triliun.

Pemegang saham sebelumnya adalah, PT Lintas Marga Sedaya (LMS) di PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) yang sahamnya dimiliki oleh dua anak usaha SSIA, yaitu PT Karsa Sedaya Sejahtera (KSS) dan PT Nusa Raya Cipta (NRC).

Dalam keterangan resmi Astra Tol Cipali, dijelaskan kondisi ini akibat dari curah hujan yang tinggi dan terus menerus pada wilayah Jawa Barat, khususnya ruas Tol Cipali.

"Saat ini diberlakukan contra flow mulai KM 117 hingga KM 126 untuk mengurai kepadatan lalu lintas. Untuk mengurangi beban lalu lintas, dibangun lajur darurat di median, diperkirakan memakan waktu 3 hari," kata Direktur Operasi Astra Tol Cipali, Agung Prasetyo, dalam keterangan resmi (9/2/2021).

"Kami juga sudah memakan berkoordinasi dengan kontraktor untuk melakukan pekerjaan perawatan pada KM 122+400, yang diperkirakan memakan waktu 2 minggu," katanya.

Sementara itu, satu saham yang dilepas asing ialah INCO. Perseroan berencana melakukan perbaikan tungku (furnace) smelter nikel mulai Mei 2021 selama sekitar 6 bulan, sehingga diperkirakan bakal berdampak pada penurunan produksi nickel matte perusahaan pada 2021 ini.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Keuangan Vale Bernardus Irmanto kepada CNBC Indonesia. Dia mengatakan, perbaikan fasilitas ini diperkirakan bakal tuntas pada November 2021 mendatang.

"Rencananya (maintenance) dimulai bulan Mei dan diselesaikan di November," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (08/02/2021).

Namun sayangnya, dia enggan menyebutkan berapa besar turunnya produksi nickel matte perusahaan pada tahun ini karena masih dalam finalisasi.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Terbang 1% Gegara Paman Sam, Ini Saham Penggeraknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular