
Awas! Bukan BRIS, Saham Bank Syariah Ini Masuk Pengawasan BEI

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK) yang baru listing (tercatat) di papan bursa pada Senin (1/2/2021) ke dalam pengawasan khusus karena telah terjadi peningkatan harga saham BANK yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).
"Dengan ini kami menginformasikan bahwa telah terjadi peningkatan harga saham BANK yang di luar kebiasaan atau UMA. Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal," tulis pengumuman BEI, Senin (8/2/2021).
BEI menyatakan, informasi terakhir mengenai perusahaan tercatat adalah informasi pada tanggal 29 Januari 2021 yang dipublikasikan melalui situs BEI terkait pencatatan saham dari penawaran umum (initial public offering/IPO).
"Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham BANK tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan BANK transaksi saham ini," tegas BEI.
Oleh karena itu para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi Bursa dan mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.
"Selain itu mengkaji kembali rencana corporate action BANK apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi."
Data BEI mencatat, pada perdagangan pukul 10.38 WIB, saham Bank Net Syariah masuk auto eject atas (ARA), naik 25% di level Rp 490/saham. Dengan demikian, harga sahamnya sudah melesat 376% dari harga penawaran saat IPO Rp 103/saham.
Pada Senin lalu (1/2), BANK tercatat di BEI bersama dengan perusahaan perdagangan ritel, PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE). BANK jadi emiten ke-4, sedangkan UFOE emiten ke-5 yang tercatat di BEI tahun ini.
Bank Net Syariah menambah daftar bank syariah yang tercatat di BEI setelah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), dan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS).
Bank Net Indonesia Syariah menawarkan sebanyak 5 miliar saham biasa atau setara 37,90% dari jumlah modal disetor dengan harga penawaran umum Rp 103 per saham. Dengan demikian, dari IPO ini, perseroan meraih dana segar sebesar Rp 515 miliar.
Saat debut perdana melantai di bursa, Senin itu, saham BANK naik 34,95% atau menyentuh batas ARA. Hingga Senin ini (8/1) nilai kapitalisasi pasar BANK di bursa mencapai Rp 6,40 triliun naik dari Senin lalu Rp 1,82 triliun.
Direktur BANK, Basuki Hidayat mengatakan, seluruh dana yang dihimpun dari IPO akan digunakan untuk modal kerja perseroan. Bersamaan dengan IPO, perseroan juga menerbitkan waran seri pertama sebanyak 2,8 miliar atau sebesar 34,17% dari modal disetor dengan harga pelaksanaan Rp 110.
Dengan demikian, perseroan akan memperoleh tambahan modal sebesar Rp 308 miliar.
Menurut Basuki, perseroan akan akan membuka akses layanan perbankan syariah yang berbasis digital, menggunakan teknologi informasi dalam mengembangkan produk-produk pendanaan, pembiayaan dan jasa perbankan lainnya.
"Dengan pencatatan perdana saham Bank Net Indonesia Syariah memiliki peluang lebih besar dalam melakukan ekspansi usaha seperti penguatan modal dan penambahan portofolio investasi," katanya
Untuk diketahui, Bank Net Indonesia Syariah ini sebelumnya bernama Bank Maybank Syariah Indonesia.
Per Juni 2020, pemegang saham perusahaan adalah PT NTI Global Indonesia (NTI) dan PT Berkah Anugerah Abadi (BAA). Akuisisi perusahaan dilakukan sejak awal tahun lalu, tepatnya pada 31 Januari 2020.
NTI membeli 661.548 saham Bank Net Indonesia Syariah dengan kepemilikan sebesar 70%, sementara BAA membeli 283.521 atau 30% saham Bank Net Syariah.
Hingga akhir Juli 2020 lalu bank ini mencatatkan laba bersih senilai Rp 59,97 miliar, naik dari posisi laba di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 33,48 miliar.
Pada periode tersebut, perusahaan memiliki modal inti senilai Rp 652,78 miliar.
Berdasarkan prospektus IPO Bank Net, pada Desember 2020, terjadi perubahan struktur kepemilikan saham menjadi 97,5% milik NTI Global dan 2,5% milik PT Alphaplus Adhigana Asia.
Sebanyak 60% saham Alphaplus Adhigana dimilik PT Sinergi Optima Solusindo, yang 99,8% sahamnya dimiliki PT Gan Kapital.
Sementara itu 45% saham Gan Kapital dikendalikan Anthony Pradiptya, yang merupakan pengusaha muda sekaligus putra Gandi Sulistyo, Managing Director Sinarmas Group. Anthony juga adalah partner bisnis dari Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo.
Dalam prospektus IPO disebutkan bahwa di balik nama NTI Global, ada pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) alias beneficial ownership yakni pengusaha bernama John Dharma J Kusuma.
Nama John Dharma J Kusuma terkait dengan salah satu raksasa rokok Tanah Air asal Kudus, Jawa Tengah.
Dari beberapa literatur artikel dan situs resmi terkait, John adalah salah satu petinggi dari PT Nojorono Tobacco International (Nojorono), pabrik rokok dengan merek Minak Djinggo dan Class Mild. Saat ini perusahaan menduduki posisi kelima dalam industri rokok terbesar di Indonesia.
Situs resminya mencatat, Nojorono Kudus, merupakan salah satu perusahaan pelopor rokok kretek di Indonesia. Nojorono (baca: No-Yo-Ro-No) didirikan pada 14 Oktober 1932 oleh Ko Djee Siong dan Tan Djing Thay dan berpusat di Kudus, Jawa Tengah.
Tahun 1968, kesuksesan pertama membangun pondasi bisnis dilanjutkan oleh generasi kedua yaitu Liem Khee Thwan (Benediktus Dewansjah Batihalim), Djie Ing Khing (Ignatius Riandinata Pamudji), dan Tjoa Boen Swie (Subianto Djuhadi).
Era tahun 1970-an, mulai masuk generasi kedua. Memasuki tahun 1990, perusahaan mulai dipegang generasi ketiga. Hal ini juga disampaikan dalam sejarah perusahaan di situs resminya.
Secara berkala dimulai pada 1990, tongkat estafet dipercayakan kepada generasi ketiga keluarga Nojorono, yakni Stefanus JJ Batihalim, Harsono Djuhadi, John D Kusuma, Arifin Pamudji, dan L Surya Djuhadi.
"Generasi ketiga inilah yang sebenarnya mengorbitkan Nojorono menjadi perusahaan rokok lima besar di Tanah Air," kata Managing Director Nojorono, Arief Goenadibrata, dalam siaran pers, 29 September 2020.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sstt..Ada Bos Rokok & Partner Kaesang di IPO Bank Net Syariah
