Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kura tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga terapresiasi di perdagangan pasar spot.
Pada Senin (8/2/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.000. Rupiah menguat 0,44% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Di pasar spot, rupiah pun hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.990 di mana rupiah menguat 0,21%.
Kala pembukaan pasar spot, rupiah menguat 0,14% ke Rp 14.000/US$. Seiring perjalanan, akhirnya rupiah berhasil mendorong dolar AS di bawah level 'keramat' Rp 14.000.
Seperti rupiah, mayoritas mata uang utama Asia pun berjaya di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya yen Jepang, won Korea Selatan, dan baht Thailand yang masih melemah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:03 WIB:
Keperkasaan dolar AS mulai luntur. Setelah sejak awal tahun menguat 1,26%, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,02% pada pukul 09:10 WIB.
Data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam tidak mendukung penguatan dolar AS. Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) pada Januari 2021 sebanyak 49.000. Di bawah konsensus yang dihimpun Reuters dengan proyeksi 50.000.
Sementara tingkat pengangguran berada di 6,3%. Turun dibandingkan Desember 2020, tetapi masih jauh di atas level pra-pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sepertinya butuh waktu yang tidak sebentar bagi perekonomian Negeri Adidaya untuk kembali normal seperti dulu.
"Terlihat jelas bahwa ekonomi kita masih mengalami masalah. Saya merasakan kepedihan yang amat mendalam di negara ini. Saya akan bertindak cepat," tegas Joseph 'Joe' Biden, Presiden AS, seperti dikutip dari Reuters.
Tindakan cepat itu adalah stimulus fiskal yang nilainya mencapai US$ 1,9 triliun. Proposal itu sudah mendapat restu dari Kongres AS, naik House of Representatives maupun Senat.
Nancy Pelosi, Ketua House dari Partai Demokrat, memperkirakan paket stimulus sudah bisa disahkan sebelum 15 Maret 2021. Presiden Biden ingin agar paket tersebut segera terlaksana di lapangan.
"Kalau saya harus memilih antara membantu rakyat AS sekarang atau mematuhi prosedur yang bertele-tele, maka itu pilihan yang gampang. Saya akan membantu rakyat AS sekarang," tambah Biden.
Stimulus fiskal yang sudah di depan mata akan membuat pasokan dolar AS melimpah-ruah. Seperti barang, pasokan mata uang yang banyak akan membuat 'harga' turun.
Likuiditas yang berlimpah ini sedikit banyak akan merembes ke pasar keuangan. Tambahan 'amunisi' akan menciptakan mentalitas beli, beli, dan beli. Tidak sekadar beli, tetapi beli plus cuan karena dalam kondisi kelebihan likuiditas biasanya pelaku pasar cenderung abai akan risiko (risk-off).
Nah, pencarian cuan ini akan membuat arus modal dari Negeri Adikuasa berhamburan keluar. Aset-aset di negara berkembang menjadi incaran, karena memang memberikan keuntungan lebih tinggi ketimbang di negaranya sendiri.
Indonesia termasuk salah satu negara yang menjadi tujuan investor asing. Bank Indonesia (BI) mencatat sepanjang 1-5 Februari 2021 investor asing membukukan beli bersih Rp 12,12 triliun di pasar keuangan Indonesia. Sejak awal 2021, nilai beli bersih investor asing mencapai Rp 30,22 triliun.
Tingginya permintaan terhadap aset keuangan Tanah Air otomatis membuat permintaan rupiah ikut terdongkrak. Membeli saham atau obligasi di Indonesia memang pakai apa kalau tidak pakai rupiah? Inilah yang membuat rupiah bisa melaju di jalur hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA