
JPMorgan: Bukan Ritel, Investor Ini Pemicu Liarnya GameStop!

Jakarta, CNBC Indonesia - JPMorgan mengungkapkan data mencengangkan terkait dengan liarnya transaksi saham GameStop yang sempat menjadi primadona perdagangan saham di bursa Wall Street AS ketika sahamnya tiba-tiba meroket ratusan persen.
Perusahaan jasa keuangan itu membeberkan bahwa ternyata yang menggerakkan saham berkode GME di bursa New York Stock Exchange (NYSE) alias Wall Street AS itu ialah para investor institusi, bukan investor ritel yang ramai diberitakan.
GameStop adalah perusahaan penjual peralatan game dan konsol dengan cara konvensional, mereka menjual barang melalui gerai toko.
Data transaksi JPMorgan menunjukkan investor institusi ternyata menjadi pendorong liarnya saham GameStop pekan lalu. Hal itu mengingat saham GameStop tidak termasuk dalam 10 saham yang paling banyak dibeli oleh investor ritel pekan lalu.
Adapun yang masuk dalam pembelian favorit investor ritel dalam sepekan terakhir adalah saham AMC Entertainment (kode saham AMC di NYSE) dan Plug Power Inc (kode PLUG), dua saham yang terjebak dalam hiruk-pikuk perdagangan saham GameStop.
Namun saham toko game ini terkesan menjadi saham penggerak Wall Street.
Mengacu data perdagangan, saham GME ditutup melesat 19,20% pada perdagangan Jumat pekan lalu (5/2/2021) di level US$ 62,77/saham. Saham GME sempat paling tinggi menyentuh posisi US$ 347,51/saham di 27 Januari lalu, dari posisi awal tahun atau 7 Januari di level US$ 18.08/saham, atau sudah meroket 1.822%.
Sebelumnya, narasi yang terbangun di publik adalah bahwa sekelompok investor ritel yang terinspirasi dari lama Reddit WallStreetBets bangkit melawan para 'bandar' Wall Street dengan membeli saham GameStop secara massal.
Keanggotaan grup Reddit WallStreetBets diketahui telah meroket menjadi 8,5 juta pelanggan dari sebelumnya 3,9 juta.
Aksi masif pembelian saham itu membuat harga saham GME melesat. Tapi kenaikan saham itu akan memaksa para hedge fund besar yang memakai saham GME untuk transaksi short selling (jual kosong) merugi.
Dalam short-selling, investor meminjam saham yang belum dimilikinya (dari broker saham), kemudian menjualnya (dengan harga tinggi), dan kemudian membelinya kembali dengan harga lebih rendah, dengan tetap mempertahankan selisihnya.
Tetapi jika suatu saham tiba-tiba melonjak, maka investor tersebut terpaksa harus membelinya kembali dalam keadaan rugi.
JPMorgan menyatakan, dari data yang dikompilasikan, terlihat tanda yang menunjukkan bahwa investor institusional sebagai pendorong terbesar dari aksi liarnya saham GME.
"Meskipun aksi borong investor ritel digambarkan sebagai pendorong utama reli harga yang dialami beberapa saham [termasuk GME], gambaran sebenarnya mungkin jauh lebih bernuansa [tak hanya rite; yang membeli]," kata analis strategi kuantitatif dan derivatif global JPMorgan, Peng Cheng, dalam catatannya, dikutip CNBC International, Senin (8/2/2021).
Tim kuantitatif JPMorgan menggunakan data publik dari bursa dan menerapkan metodologi kepemilikan untuk mengidentifikasi aliran mana yang berasal dari investor ritel. GameStop ternyata berada di nomor 15 di daftar pembelian ritel saham untuk Januari.
Fenomena saham GameStop di kalangan investor ritel ini sebelumnya sempat memaksa platform trading Robinhood dan lainnya untuk mengubah kebijakan transaksi. Usai melarang perdagangan saham GameStop, Robinhood juga sempat memutuskan untuk melonggarkannya agar perdagangan tetap bisa dilakukan.
Pelonggaran hanya bersifat terbatas, diutamakan untuk investor ritel yang ingin membeli saham dalam jumlah besar.
"Mungkin bukan hanya ritel kecil versus investor besar," kata analis JMP Securities, Devin Ryan, dilansir CNBC.
"Menurut saya masuk akal mengatakan bahwa investor institusi juga sangat aktif di saham-saham tersebut pekan lalu karena ada investor institusi yang berpartisipasi dengan nama-nama [saham] yang mengalami peningkatan volume. Saya pikir kemungkinan besar hal itu juga diungkapkan dalam beberapa aktivitas opsi [saham] minggu lalu juga," katanya.
Menurut data dari Citadel Securities, investor ritel sebenarnya adalah penjual bersih untuk saham GameStop dari Selasa hingga Kamis pekan lalu.
"Apa yang terjadi di saham [GME] memaksa para hedge fund untuk bertransaksi untuk menutupi [kerugian, atau mereka mungkin bermain juga, untuk menang," kata analis perusahan investment banking Piper Sandler, Richard Repetto kepada CNBC.
The Wall Street Journal juga melaporkan pada Rabu lalu bahwa hedge fund yang berbasis di New York, Senvest Management dilaporkan menghasilkan keuntungan US$ 700 juta dari euforia saham GameStop.
Sementara itu, hal yang menunjukkan aktivitas perdagangan ritel bisa dilihat dari volume Trade Reporting Facility (TRF), yang menunjukkan bahwa investasi ritel turun secara signifikan setelah Selasa pekan lalu.
Volume di TRF pada dasarnya adalah semua perdagangan yang tidak dieksekusi di bursa. Jadi, apa yang masuk ke TRF itu biasanya sebagian besar dari semua volume ritel.
Sebelumnya pasar saham AS (dan berimbas ke pasar saham Asia) digemparkan dengan meroketnya saham GME ketika saham tersebut disebutkan ramai dibeli oleh para investor yang tergabung dalam Reddit.
Menurut NBC News harga saham emiten ini di NYSE sempat meroket hingga 8.000% dalam 6 bulan terakhir. Padahal kondisi perusahaan tidak bagus, masih rugi.
Saat itu, sebagaimana diberitakan CNBC, salah satu penyebab kenaikan harga saham ini adalah forum investor di media sosial Reddit bernama WallStreetBets. Jutaan pengikut di Reddit terus menyarankan anggotanya untuk menjaga saham GameStop agar tidak ambruk.
Hebatnya lagi grup saham ini sempat membuat banyak hedge fund rugi besar. S3 Partners, sebuah perusahaan data keuangan mencatat, pelaku short selling mengalami kerugian US$ 23,6 miliar di GameStop bulan ini.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article GameStop Anjlok 60%, Ingat Trend is Your Friend bukan Hype!
