Gagal Short-Sell Saham Kapal Pesiar, Hedge Fund Rugi Rp 97 T

Tri Putra, CNBC Indonesia
07 August 2023 16:40
Specialist trader Meric Greenbaum works at his post on the floor of the New York Stock Exchange, (NYSE) in New York, U.S., March 22, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan hedge fund atau dana lindung nilai kehilangan US$6,4 miliar atau setara dengan Rp97,18 triliun (asumsi kurs Rp15.185/US$) selama 2023 usai melakukan aksi short-selling (jual kosong) terhadap saham perusahaan kapal pesiar dan hotel.

Mengutip Financial Times (FT), pada 4 Agustus 2023, Perusahaan kapal pesiar Royal Carribean dan Carninal menjadi dua di antara 10 saham perusahaan yang paling sering terkena aksi short di indeks S&P 500 Amerika Serikat (AS).

Namun, alih-alih harganya turun sesuai ekspektasi para short seller, harga kedua saham tersebut malah meningkat dua kali lipat pada tahun ini.

Padahal, para short seller, yang biasanya hedge fund, mencari keuntungan dengan cara menjual saham yang dipinjam sebelumnya dan membeli kembali dengan harga yang lebih rendah ketika saham-saham tersebut turun.

Intinya, apabila suatu saham turun sesuai ekspektasi, short-seller akan cuan. Dan sebaliknya, apabila saham yang di-short malah naik, short-seller akan boncos.

Karenanya, lonjakan tajam saham perusahaan kapal pesiar dan akomodasi liburan membuat mereka mengalami kerugian besar (mark-to-market losses) US$6,4 miliar, mengacu pada data S3 Partners.

Saham Carnival, Royal Caribbean, dan Norwegian menyumbang kerugian US$2,9 miliar. Posisi short yang juga besar di perusahaan hotel Airbnb, yang mana sahamnya melesat 70% year to date (YtD), dan Booking.com, yang melejit 44%, turut menyebabkan kerugian besar bagi short-seller.

Menurut catatan FT, pada umumnya investor AS sejak awal tahun ini khawatir akan adanya resesi, yang membuat mereka pada akhirnya menghindari sektor yang bisa terdampak negatif dari penurunan konsumsi masyarakat.

Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam tetap tangguh di tengah suku bunga yang tinggi, turut meningkatkan keyakinan tentang peluang soft landing alias menurunkan inflasi tanpa menyebabkan resesi.

Hedge fund kuantitatif Qube Research and Technologies dan Tellworth Investments yang berbasis di Inggris termasuk di antara hedge fund dengan posisi short yang diumumkan secara publik di saham Carnival, menurut data yang dikumpulkan oleh Breakout Point.

Tellworth menolak berkomentar, dan Qube tidak merespons permintaan komentar FT.

Perusahaan kapal pesiar dianggap sangat rentan terhadap pelemahan ekonomi karena mereka telah menumpuk utang sementara armada mereka berada dalam kondisi darurat selama pandemi virus corona.

Utang Carnival meningkat dari sekitar US$10 miliar pada akhir 2019 menjadi lebih dari US$35 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

Namun, Norwegian dan Royal Caribbean kembali menjadi berbalik laba dalam laporan keuangan kuartalan terbaru mereka, sedangkan Carnival mengurangi kerugiannya sebesar 78% secara tahunan (yoy).

CEO Carnival Josh Weinstein mengatakan pada Juni, perusahaan sedang "mengalami musim yang luar biasa."

Sementara, Royal Caribbean bulan lalu meningkatkan panduannya (guidance) untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir dan mengatakan, "konsumen Amerika Utara tetap sangat kuat".

Peningkatan pendapatan juga memungkinkan perusahaan tersebut mulai mengurangi utang mereka.

Di sisi lain, analis di Shore Capital Greg Johnson mengatakan, Carnival tetap merupakan "bisnis dengan leverage [utang] yang sangat tinggi". Meskipun tingginya tingkat utang dan pinjaman yang meningkat tajam, "valuasi Carnival telah sepenuhnya normal kembali... Ini cukup membingungkan," tambah Johnson.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ungkap Skandal Enron, Hedge Fund Jim Chanos Kini Ditutup

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular