
Ekonomi RI di 2020 Masih Terkontraksi, Harga SBN Menguat Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Jumat (5/2/2021) mayoritas ditutup menguat, setelah rilis data pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang menunjukkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya lepas dari resesi.
Hampir seluruh tenor SBN ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penurunan imbal hasilnya (yield). Namun, hal ini tidak terjadi di SBN dengan seri FR0082 bertenor 10 tahun yang merupakan obligasi acuan negara cenderung dilepas oleh investor pada hari ini dan yield-nya masih mengalami kenaikan sebesar 0,7 basis poin (bps) ke level 6,194%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020. Seperti ekspektasi, ekonomi Tanah Air tumbuh negatif alias terkontraksi. Kepala BPS Suhariyanto melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun lalu tumbuh -2,07%. Jauh memburuk ketimbang 2019 yang tumbuh 5,02%.
Rilis tersebut sedikit lebih baik dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 di -2,1%.
Kali terakhir Indonesia mengalami kontraksi ekonomi adalah pada 1998. Kala itu, Indonesia bergumul dengan krisis multi-dimensi yang sampai menyebabkan rezim Orde Baru terguling setelah berkuasa lebih dari tiga dekade.
Sementara itu pada PDB kuartal IV-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 2,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Dengan demikian, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi dalam 3 kuartal beruntun, artinya belum mampu lepas dari resesi.
Dari 16 klasifikasi lapangan usaha, sebanyak 9 sektor mengalami kontraksi, 5 sektor mengalami perlambatan pertumbuhan dan 2 sektor tumbuh signifikan. Sektor-sektor yang sensitif terhadap mobilitas publik menjadi yang paling terdampak.
Sektor-sektor yang masih tumbuh positif tetapi melambat antara lain pertanian, kehutanan, perikanan, administrasi pemerintahan, pendidikan, real estat, dan pengadaan air.
Sementara sektor yang melesat ada dua yakni informasi dan komunikasi dan kesehatan serta kegiatan sosial. Kedua sektor ini mampu tumbuh dobel digit alias lebih dari 10% akibat tren work from home (WFH) dan adanya pandemic virus corona (Covid-19).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi
