Bayar Utang, Adaro Energy Lagi Cari Dana Rp 5,6 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 February 2021 15:13
FILE PHOTO: The logo of PT Adaro Energy as seen at PT Adaro Energy headquarters in Jakarta, Indonesia, October 20, 2017. REUTERS/Beawiharta/File Photo
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan tambang batu bara induk Adaro Indonesia yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dikabarkan akan melakukan pembayaran utang yang akan jatuh tempo.

Saat ini perusahaan tengah mempertimbangkan untuk menerbitkan obligasi atau mencari pinjaman sindikasi setidaknya senilai US$ 400 juta atau setara dengan Rp 5,60 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) guna membayarkan kewajibannya tersebut.

Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan upaya ini juga merupakan langkah perusahaan untuk melakukan penguatan modal perusahaan dengan membuka beberapa opsi yang mungkin akan dilakukan.

"Kita akan selalu berupaya untuk memperkuat struktur permodalan kita, dan bond [obligasi] atau loan [pinjaman bank] merupakan beberapa opsi," kata Febriati kepada CNBC Indonesia, Jumat (5/2/2021).

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada 30 September 2020, perusahaan memiliki nilai utang bank jangka pendek senilai US$ 571,94 juta. Utang ini terdiri dari lima pinjaman sindikasi dengan sejumlah perbankan dalam bentuk dolar Amerika Serikat dan dolar Singapura.

Adapun nilai yang harus dibayarkan perusahaan di tahun ini mencapai US$ 551 juta atau setara dengan Rp 7,71 triliun, sedangkan sisanya harus dibayarkan di tahun lalu.

Dalam keterangan laporan keuangannya di akhir September tahun lalu, manajemen perusahaan menyebutkan tingkat likuiditas perusahaan masih tinggi mencapai US$ 1,67 miliar, terdiri dari kas senilai US$ 1,18 miliar dan US$ 151 juta investasi lainnya.

Perusahaan juga masih memiliki fasilitas pinjaman yang masih belum terpakai mencapai US$ 326 juta.

Nilai utang berbunga mencapai US$ 1,6 miliar, naik 23% secara tahunan (year on year/YoY). Nilai ini sudah termasuk obligasi senilai US$ 750 juta yang diterbitkan pada Oktober 2019.

"Adaro Energy menjaga posisi keuangan yang sehat dengan utang bersih sebesar US$ 264 juta, rasio utang bersih terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir sebesar 0,29x dan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0,07x," tulis manajemen.

Posisi ekuitas perusahaan di periode tersebut tercatat senilai US$ 3,88 miliar, angka ini turun dari posisi Desember 2019 yang senilai US$ 3,98 miliar atau 14%. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan kepentingan non pengendali karena AE tidak lagi mengkonsolidasikan salah satu anak perusahaan pertambangan batu bara di Kalimantan Timur mulai kuartal keempat 2019.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Buyback Rp 4 T, Saham ADRO Melonjak Nyaris 10%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular