Berkah Jualan Surat Utang, Cadev RI Cetak Rekor Tertinggi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 February 2021 12:41
sbn obligasi
Foto: Freepik

Seperti disebutkan dalam keterangan BI, penerbitan global bond serta penerimaan pajak menjadi penopang kenaikan cadangan devisa di bulan Januari. Pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam 2 mata uang asing dolar AS dan euro di awal tahun ini. Dalam bentuk dolar AS, pemerintah menerbitkan 3 seri SUN, tenor 10 tahun, 30 tahun, dan 50 tahun, dengan nilai total US$ 3 miliar. Sementara dalam bentuk euro diterbitkan 1 seri dengan tenor 12 tahun, senilai US$ 1 miliar.

Sehingga global bond yang diterbitkan di bulan Januari lalu sebesar US$ 4 miliar.

Menurut Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), penerbitan global bond kali ini yang "termurah" atau dengan yield terendah sepanjang sejarah untuk seluruh tenor.

"Untuk seri-seri dengan denominasi USD, initial price guidance berada pada area 2.350% untuk tenor 10 tahun, area 3.550% untuk tenor 30 tahun dan area 3.850% untuk tenor 50 tahun. Dengan profil kredit Indonesia yang sangat baik di mata investor, transaksi ini berhasil mendapatkan orderbook yang dalam dan berkualitas sehingga final price guidance dapat ditekan hingga 45bps ke 1,900% untuk tenor 10 tahun, 3,100% untuk tenor 30 tahun dan 3,400% untuk tenor 50 tahun" tulis DJPPR dalam rilisnya 12 Januari lalu.

SUN tenor 10 tahun dan 50 tahun juga dilaporkan mencapai spread terendah terhadap obligasi (Treasury) AS sepanjang sejarah penerbitan masing-masing sebesar 95,3bps dan 169,9bps.

Dalam keterangan tersebut juga disebutkan Pemerintah berhasil menekan harga SUN denominasi Euro sebesar 40bps dari initial price guidance di area MS+175bps ke final price guidance di MS+135bps. Transaksi kali ini juga mencatatkan tenor terpanjang untuk SUN denominasi Euro yang pernah diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.

Sementara itu dari sisi penerimaan pajak, Kementerian Keuangan mencatat, hingga 31 Desember 2020 penerimaan pajak hanya mampu terkumpul Rp 1.069,98 triliun atau 89,25% dari target yang ditetapkan Rp 1.198,8 triliun dalam Peraturan Presiden (Perpres) 72/2020.

Dengan demikian, maka ada kekurangan penerimaan (shortfall) pajak sebesar Rp 128,8 triliun di tahun lalu. Meski shortfall terjadi dalam 12 tahun terakhir, tetapi pandemi virus corona (Covid-19) menjadi salah satu pemicu rendahnya penerimaan pajak tahun lalu.

Meski demikian, di semester II 2020 lalu menunjukkan tren pemulihan setelah merosot tajam, sebagaimana ditunjukkan dalam APBN KiTa edisi Januari 2021 lalu.

idrFoto: APBN KiTa Edisi Januari 2021

Tren pemulihan tersebut bisa jadi berlanjut di awal tahun ini, yang menjadi penopang kenaikan cadangan devisa.

Apalagi, dua komoditas ekspor andalan Indonesia, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batu bara) masih berada di level tinggi.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Harga CPO dan Batu Bara Masih Tinggi

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular