Dolar AS Kelewat Perkasa, Rupiah Lemas Dibuatnya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2021 09:13
rupiah
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Dolar AS memang sedang ngebut akhir-akhir ini, sehingga rupiah tidak punya ruang untuk menyalip.

Pada Jumat (5/2/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.010 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. atau stagnan

Namun beberapa menit kemudian, rupiah masuk zona merah. Pada pukul 09:05 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.020 di mana rupiah terdepresiasi 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,07% di hadapan dolar AS. Padahal mata uang Tanah Air sempat menguat dan mendorong greenback ke bawah Rp 14.000. Namun pada akhirnya, dolar AS yang keluar sebagai pemenang.

Hari ini sepertinya dolar AS masih sulit tertandingi. Mata uang Negeri Paman Sam sedang menjalani tren apresiasi.

Pada pukul 07:17 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,36%. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index melesat 1,04% dan selama sebulan ke belakang penguatannya mencapai lebih dari 2%.

Arus modal ke pasar keuangan Negeri Adidaya begitu deras sehingga mendongkrak nilai tukar dolar AS. Salah satunya terjadi di pasar obligasi.

Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS dalam tren naik dan masih bertahan di atas 1% untuk yang tenor 10 tahun. Kali terakhir yield instrumen ini berada di atas 1% adalah pada Maret tahun lalu.

Yield obligasi pemerintah AS yang kembali 'seksi' berhasil menarik minat investor, termasuk asing. Tingginya permintaan terhadap obligasi pemerintah AS otomatis membuat permintaan dolar AS ikut meningkat.

Akan tetapi, ruang bagi rupiah untuk kembali menguat tidak tertutup. Bahkan dalam wktu dekat bukan tidak mungkin rupiah sudah bisa 'membalas dendam'.

Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, memperkirakan yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sudah agak 'mentok'. Dalam waktu dekat, mungkin saja yield kembali ke bawah 1%.

"Kami memperkirakan pasokan obligasi pemerintah AS akan lebih ketat. Kementerian Keuangan AS mengumumkan kebutuhan pembiayaan pada kuartal I-2021 adalah US$ 274 miliar (belum termasuk rencana stimulus), lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu US$ 1,13 triliun," kata Satria dalam risetnya.

Dengan pasokan yang lebih sedikit, maka harga obligasi pemerintah AS bakal naik. Kenaikan harga akan menyeret yield ke bawah, yield bakal turun. Instrumen ini akan sedikit kehilangan nilai jual.

Jadi arus modal yang sebelumnya berkerumun di pasar keuangan AS kemungkinan akan bubar. Arus modal itu akan mencari tempat yang lebih mendatangkan cuan, dan Indonesia bisa menjadi pilihan.

Apalagi volatilitas pasar keuangan sudah reda. Beberapa waktu lalu, volatilitas yang diukur dengan indeks VIX sempat melesat ke titik tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Namun sekarang sudah mulai tenang.

vixSumber: Refinitiv

"Pelemahan rupiah akhir-akhir ini disebabkan oleh indeks VIX yang melonjak tajam. Secara historis, VIX berkolerasi erat dengan pergerakan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah," kata Satria.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular