
Ekspansi Manufaktur Singapura Melesat, Dolarnya di Rp 10.515

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tidak dolar Singapura bergerak berfluktuasi pada perdagangan Rabu (3/2/2021) setelah rilis data sektor manufaktur Negeri Merlion yang menunjukkan akselerasi laju ekspansi.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura bergerak nak turun di kisaran Rp 10.506 sampai Rp 10.535/SG$, sebelum stagnan di Rp 10.515,84/SG$ pada pukul 13:07 WIB.
IHS Markit hari ini melaporkan aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) tumbuh menjadi 52,09 di bulan Januari, dari bulan sebelumnya 50,5. Angka di awal 2021 tersebut merupakan yang tertinggi dalam 21 bulan terakhir.
Artinya laju ekspansi tersebut lebih baik ketimbang jauh sebelum virus corona menyerang dunia.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi sementara di atasnya menunjukkan ekspansi.
Meski demikian, dolar Singapura belum mampu menguat, sebab rupiah dalam kondisi yang cukup bagus setelah sentimen pelaku pasar mulai membaik.
Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari menguatnya bursa saham global dalam 2 hari terakhir, serta menurunnya indeks volatilitas (volatility index/VIX), atau yang dikenal dengan indeks yang mencerminkan ketakutan pelaku pasar.
Selasa kemarin, volatility index, turun tajam hingga lebih dari 15%. Artinya pelaku pasar kini sudah mulai tenang melihat gejolak di pasar finansial belakang ini sudah mulai mereda, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Rupiah merupakan aset negara emerging market, yang tentunya dianggap lebih berisiko. Tetapi imbal hasil (yield) yang diberikan juga tinggi, sehingga ketika sentimen pelaku pasar sedang bagus aliran investasi akan masuk ke Indonesia yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Besarnya aliran investasi terlihat dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah Indonesia Selasa kemarin. Target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 35 triliun, dan dimenangkan dengan nilai yang sama.
Dalam proses lelang tersebut, pemerintah mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription) 3 kali lipat dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 83,79 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor Melonjak, Tapi Kurs Dolar Singapura Malah Jeblok
