
Bursa Saham Volatil, Analis: Investor Ritel Mulai Ambil Momen

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Januari dianggap bulan untuk cuan untuk investor karena sentimen-sentimen positif biasanya mengiringi pasar modal atau biasa disebut January Effect.
Tapi berbeda di tahun ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat volatil dan bahkan di Januari tertekan hingga 1,95%.
Hal ini disebabkan masih tingginya pandemi Covid-19 termasuk kasus aktif dan mulai meningkatnya investor ritel secara drastis dari tahun lalu. Penurunan IHSG di Januari dinilai akibat adanya aksi profit taking atau merealisasikan keuntungan oleh investor domestik ritel.
Analis PT NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika menjelaskan salah satu penyebab pergerakan indeks volatil diawal tahun ini karena jumlah investor ritel yang mulai naik.
Tahun lalu, terutama Maret saat pandemi mulai masuk, indeks sempat bertengger di level bottom 3.900 dan investor memanfaatkan momentum pemulihan itu untuk taking profit.
"Jumlah investor ritel meningkat karena saat ini memang ada tren investasi, udah gitu mereka asal memilih apa," katanya dalam program InvesTime, Selasa (2/1/2021).
Tapi jika ditarik 10 tahun ke belakang, tren bursa saham Indonesia masih cenderung naik. Tercatat IHSG pada tahun 2008 IHSG masih bergerak di level 2.000-an yang sempat anjlok ke level terendah di level 1.300.
Tahun 2011 masih bergerak di level 3.800-an, tahun 2013 juga naik ke level 4.500-an. Menurut Ajeng pergerakan indeks juga tergantung dari sentimen yang mempengaruhi pasar.
"Bursa kita masih sangat berpotensial, jika ditarik 10 tahun ke belakang tren bursa masih cenderung naik, di beberapa momen ada kejadian IHSG jatuh seperti 2020 kemarin. 2008 krisis ekonomi Amerika, 2011 krisis Eropa, 2013 trade war [perang dagang], 2020 itu pandemi. Tapi IHSG masih dalam tren naik," katanya.
Tapi Ajeng tidak menampik 2020 itu penurunan IHSG cukup parah akibat pandemi. Karena berlangsung dalam waktu hitungan satu bulan IHSG bisa drop ke level terendah sepanjang tahun 2020 di 3.900.
"Kalau melihat tahun lalu itu cukup mencengangkan dengan tren turun, ditutup turun 5,3% year to date karena pandemi. Bahkan sempat pada 9 Maret turun 6,5%, ada juga otoritas mengeluarkan regulasi efek untuk cooling down karena IHSG turun ke level terendah 3.900," katanya.
"Lalu mulai menanjak baik lagi. Ini cukup dinamis dan fluktuatif dan IHSG dimanfaatkan investor ritel yang baru ke pasar saham," jelasnya.
Tahun lalu, data BEI mencatat, terjadi rekor penambahan investor atau SID (Single Investor Identification) baru pasar modal Indonesia (saham, obligasi, reksa dana, dan investor instrumen investasi pasar modal lainnya) yang naik tertinggi sepanjang sejarah pasar modal.
Jumlah SID tumbuh 48,82%, atau 1.212.930 SID menjadi 3.697.284 SID per 10 Desember 2020 atau hampir 4 juta investor.
Dari sisi pertumbuhan SID baru saham yakni sebanyak 488.088 SID baru saham, jumlahnya naik 93,4% dari total pertumbuhan SID baru saham di tahun lalu sebesar 252.370 SID baru saham di 2019.
Sementara itu, dari sisi demografi juga ada data menarik. Investor berusia 18 hingga 25 tahun dan 25 hingga 30 tahun telah mengalami penambahan kumulatif tertinggi pada periode 2017 hingga 2020
Khusus untuk di tahun 2020, jumlah investor baru dengan usia 18 hingga 25 tahun naik 211.030 atau 43,23% dari total investor baru 2020 dan usia 26 hingga 30 tahun naik 96.396 atau 19,74% dari total investor baru 2020.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500