Persaingan Bank Digital di RI Makin Seru, Siapa Jadi Jawara?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 February 2021 08:25
Anggota Dewan Komisioner OJK Heru Kristiyana di acara Webinar Nasional CNBC Indonesia bertema
Foto: Anggota Dewan Komisioner OJK Heru Kristiyana di acara Webinar Nasional CNBC Indonesia bertema

Persaingan bank digital yang semakin semarak tak terlepas dari prospek pertumbuhan ekonomi digital yang pesat di tahun-tahun mendatang. Riset Google, Temasek dan Bain menyebut pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai lebih dari 30% beberapa tahun mendatang.

Ini berarti kue ekonomi digital di Indonesia akan semakin besar ukurannya. Masih tingginya populasi yang belum terjamah layanan keuangan formal tetapi dibarengi dengan tingginya penetrasi internet serta ponsel cerdas di Indonesia menjadi peluang besar untuk menggarap usaha bank digital.

Dua tahun silam Bank Dunia melaporkan hanya 48,9% masyarakat RI usia dewasa (>15 tahun) yang memiliki tabungan di bank. Namun lebih dari 160 juta orang memiliki akses ke internet. Banyak dari masyarakat Tanah Air yang juga memiliki ponsel pintar.

Praktik bank digital akan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan inklusi keuangan dalam negeri yang bisa langsung memberikan akses kepada masyarakat di berbagai pelosok negeri.

Dengan adanya bank digital, ekosistem bisnis keuangan diharapkan bakal semakin terintegrasi. Masyrakat bisa mengakses berbagai produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan mulai dari asuransi, pasar modal seperti obligasi, saham dan reksadana bahkan hingga valuta asing (valas). 

Bank digital bakal punya peran sentral dalam mengintegrasikan ekosistem keuangan tersebut dan menjadi salah satu platform one stop solution untuk kebutuhan keuangan masyrakat Indonesia.  

Model bisnis ini juga memungkinkan bank untuk menghemat belanja modal serta ongkos operasionalnya untuk mendirikan kantor cabang dan mengalihkannya ke investasi di infrastruktur teknologi digital.

Kendati tujuan bank digital adalah menuju branchless banking, tetapi untuk saat ini keberadaan kantor cabang masih dibutuhkan dan relevan mengingat rendahnya literasi keuangan masyarakat. 

Survei yang dilakukan oleh lembaga konsultan manajemen global McKinsey & Company di Indonesia menunjukkan sekitar empat dari lima responden menyatakan bahwa
lokasi cabang dan ATM sebagai alasan memilih bank.

Selain itu, transaksi digital tetap ada yang sekarang ditwarkan juga masih terbatas pada layanan dan produk sederhana. Di sisi lain aspek keamanan siber juga menjadi perhatian yang serius dalam bertransaksi lewat digital.

Dengan begitu kantor cabang bisa digunakan sebagai salah satu channel informasi dan transaksional yang aman bagi nasabah sebagai bagian dari jawaban atas kekhawatiran akan aspek keamanan siber. 

Well, kendati prospeknya sangat cerah tetapi bukan berarti tak ada tantangan. Selain aspek inovasi yang ditawarkan oleh para pemain, regulasi juga memegang peran penting yang bakal semakin menunjang perkembangan industri bank digital nasional.

Dari segi regulasi, saat ini Indonesia masih bisa dibilang ketinggalan dengan inovasi yang terus dikembangkan. Ini menjadi tantangan sekaligus PR bagi para regulator. 

Saat ini Indonesia masih memasuki fase early growth untuk industri bank digital. Persaingan akan semakin ketat dan dinamis ke depannya. Saat ini masih terlalu dini untuk meramalkan siapa yang bakal jadi jawara di industri ini.  

Namun kunci sukses untuk menjadi jawara bank digital di Indonesia terletak pada inovasi, kolaborasi dan integrasi ekosistem. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular